Senin, 24 Juni 2013

Catatan Dari Pendukung "Walikota" Matt Jabrik

Saya bukan pendukung pasangan TB-JADI. Bukan karena saya tercatat sebagai penduduk Bolmong Induk yang tak memiliki hak pilih dalam pesta politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Kotamobagu (Pilwako KK). Bahkan seandainyapun saya diberi kesempatan pindah kependudukan menjadi warga KK dan memiliki hak pilih, belum tentu saya mau menjadi pendukung pasangan TB-JADI, apalagi mencoblosnya ketika berada di bilik TPS.

Hal ini jauh berbeda dengan kakak perempuan saya (juga rata-rata sanak-keluarga di KK) yang begitu mengidolakan pasangan berjuluk Kota Untuk Semua.

Kegigihan Kakak perempuan saya dalam mendukung pasangan TB-JADI memang tak secuilpun menganggu jalan nafas saya. Jangankan itu, celotehnya yang nyaringpun tak sanggup mengusik. Tapi saya punya pendapat bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah "kegilaan" teraneh, lagi pula "lucu". Kenapa demikian? Alasanya adalah (sama seperti saya) ia tercatat bukan sebagai warga KK yang otomatis tak memiliki hak pilih. Ia juga bukan anggota atau pengurus partai pengusung pasangan TB-JADI, tak tercatat pula (setahu saya) sebagai tim sukses serta anak pinaknya secara resmi dengan mengantongi Surat keputusan (SK), bukan pula penyandang dana yang siap menjadi penyokong, sebab yang saya tahu ia hanyalah sosok orang kantoran asal Mongondow yang bekerja  di Manado dan tergila-gila mengidolakan Tatong Bara, yang senantiasa memanfaatkan akhir pekannya di Kota Kotamobagu, lalu ikut nimbrung berbaur bersama teman-teman tim sukses TB-JADI, entah sekedar bakarlota atau apa, yang pasti bukan perancang strategi dan tak-tik pemenangan sebagaimana orang yang telah digaji untuk tugas-tugas yang demikian itu.

Tapi jangan tanya kalau soal dukung mendukung di media sosial pun di dunia BBM (BlackBerry Messanger) dengan Personal Messages yang tak hanya menggigit namun juga bikin kubu kandidat dengan rivalitas yang tinggi bukan cuma kena cubit tapi juga tamparan yang paka-paka dobol. Atau kecerewetan dimanapun berada; di pasar, kantin, warung, teras rumah, salon, atau di tempat-tempat dimana orang berkumpul termasuk di pesta resepsi pernikahan hingga khitanan, mulutnya yang cerewet, dengan nada nyaring, dan ceplas-ceplos, alangkah menggelegar mengumandangkan hal-hal menyangkut Tatong Bara - Jainudin Damopolii (TB-JADI). Mulutnya bak megaphone yang tengah dipegang aktivis saat turun demo. Mirip pula corong Toa di pasar senggol tatkala lebaran tiba, pun bak petir yang enteng mematahkan dahan pohon beringin.

Teguran dari bos tersebab absen yang bolong gara-gara memaksakan diri ikut kampanye TB-JADI bukan sekali dua diterimannya. Toh,ia tetap nekat.

Tetapi, baiklah. Kita tinggalkan itu dan mari melihat kenyataan yang kini terpampang dihadapan warga KK dimana siang tadi  24 Juni 2013, TB-JADI berhasil meraup suara terbanyak di Pilwako KK. Meski kenyataan ini belum diumumkan secara resmi melalui pleno KPU KK, kita nyaris tak sekedar tahu bersama namun juga yakin dan percaya bahwa perhitungan yang dilakukan versi kandidat dan telah terserak begitu cepat terutama di media jejaring, BBM dan situs berita online, adalah perhitungan yang tingkat keakuratanya lebih dari sekedar betul. Jika ada yang tak percaya maka, manjo bataru!

Kemenangan TB-JADI bukan berarti kemenangan yang tanpa gosip. Namun namanya gosip, kadang memusingkan untuk dibuktikan. Tapi ada satu keyakinan diantara kita yang tahu sama tahu dan yang hidup pada jaman dimana buang air kecil saja tak gratis, nekat bertanya; dari kantong siapa milyaran duit yang dibagi-bagi itu dirogoh? Adakah milyaran itu tak harus dikembalikan ke empunya? Ini milyar non, bukan gombyar :D

Amboy, cumak gosip rupanya. Dan karena itu gosip (taruhlah begitu) maka untuk menghindari hal yang nanti bikin mumet, saya masih tetap memilih untuk berani jujur mengatakan bahwa, saya bukan pendukung TB-JADI yang percaya bahwa dalam perhelatan Pilwako KK, terkhusus lagi di moment Malam Bakupas, Serangan Fajar atau apapun istilahnya, ada prinsip ekonomi klasik bicara disitu. Tabur tuai pasti ada. Yang menabung dan yang tanam saham juga pasti akan memetiknya nanti.

Saya bukan pendukung pasangan TB-JADI. Bukan pula penyorak. Saya orang luar pagar. Apa alasannya, akan membutuhkan ruang panjang untuk menjabarkan disini. Namun yang terpendek adalah; saya pendukung Matt Jabrik Calon Walikota Kotamobagu 2013 - 2018.

Akhirnya, kepada pasangan TB-JADI selaku kandidat yang sudah bisa dipastikan berhasil menggeser kursi Djelantik Mokodompit, semoga kalian tidak menjadi pasangan yang angkuh, sombong, dan belagak tak peduli pada rakyat Kota Kotamobagu. Tak mencontohi sisi buruk pendahulu. Tak melupakan siapapun mereka para pendukung yang telah bekerja meski dengan peluh yang hanya setetes. Saya yang bukan pendukung kalian, akan memantau (bukan berarti tumereng) kinerja kalian selaku Walikota dan Wakil Walikota Kota Kotamobagu sekalipun saya bukan warga KK, bukan Anggota DPRD, bukan LSM, bukan apa-apa, melainkan warga Bumi yang mengidolakan Matt Jabrik menjadi Walikota.

Lalu kepada kandidat yang kalah, tak perlu bicara sama Tenno Haika Banzai, apalagi membungkuk kepada matahari kemudian melakukan Harakiri. Percayalah, bumi memang masih sedang berputar.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 23 Juni 2013

Libido Malam Bakupas Pilwako KK

"Apapun yang terjadi malam ini, tetap saja besok rakyat Kotamobagu memilih. Atas keinginan mereka-lah pemimpin daerah itu terpilih. Dengan alasan apapun..:D"

Demikian Personal Messages yang saya baca dari sahabat saya Matt Jabrik (Ahmad Ishak) di kontak BlackBerry Messanger (BBM) tatkala tulisan ini sedang saya ketik memakai perangkat Blackberry.

Di Passi, jarinan internet telah terputus sejak 2011. Penyebabnya seringkali terjadi pencurian kabel jaringan di Batu Moloda (perbatasan Passi-Gogagoman) ditambah lagi perangkat komputer juga laptop yang tak tersedia lagi dirumah saya tersebab "lagi ada kase skolah" (di gadaikan) kata istilah anak-anak Mongondow saat ini. Hehe...

Petikan gitar dari Buyung Algafari Potabuga (Wartawan situs berita kontraonline.com) lewat lantunan lagu Koyow In Mogoguyang mengiringi penulisan saya pada kesempatan kali ini, tepat di dimana warga Kota Kotamobagu tengah larut dalam pesta "Malam Bakupas" Pilwako KK.

Ekhem...!

Benar kiranya sahabat saya Jabrik. Apapun yang terjadi malam ini, tetap saja besok rakyat Kotamobagu memilih. Atas keinginan mereka-lah pemimpin daerah itu terpilih. Dengan alasan apapun.

Mungkin yang dimaksudkan sahabat saya Jabrik,terkait perkara apapun yang terjadi malam ini, di Malam Bakupas Pilwako KK, semua berangkat dari keinginan mereka (warga KK yang tercatat sebagai pemilih dan tercantum di DPT) yang paling kuasa, paling berdaulat, atas pilihan yang telah mereka putuskan. Apapun alasan itu. Atau apapun pengaruh yang menyebabkan lahirnya alasan itu.
Dan atas alasan itu pulalah pemimpin daerah (Walikota-Wakil Walikota KK) terpilih.

Praktek politik uang yang kini tengah menggeliat di Malam Bakupas Pilwako KK, mari kita jujuri secara terang benderang dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa hal itu sudah bukan gosip lagi. Tahu sama tahulah pokoknya. Maka kita tak heran kalau Supermarket Abdi dan Paris Superstore tak seperti biasanya buka hingga pukul 10 malam. Sebuah pemandangan tak biasa memang. Satu pemandangan yang tak kalah menarik adalah, kawasan Katipol atau kawasan Petot (siapa tak kenal kawasan Katipol/Petot di KK) jika pada Malam Bakupas Pilkada Bolmong Induk tutup, maka kali ini, pada moment Malam Bakupas Pilwako KK, masih buka bahkan ketika tulisan ini sedang di ketik.

"Tidak gampang memang ini Pilwako KK". Demikian celetuk sopir-sopir bentor dan Ojek trayek Passi yang mangkal di pertigaan Bank BNI Gogagoman. Bahkan ada gosip yang menyemburkan berita dimana ada para pendukung militan salah satu kandidat yang mengancam akan membakar salah satu rumah (tentu di Kotamobagu) yang dianggap sebagai pangkalan dimana terparkir bergepok-gepok uang siap di distribusikan kepada para pemilih.

Pembaca, saat tulisan ini sedang di ketik, beruntai riak, gejolak, dan libido Malam Bakupas Pilwako KK tengah sange'-sange'nya bergeliat. Mungkin pukul 1 siang kita sudah tahu siapa peraup suara terbanyak. Perkara 300 ribu yang terdistribusi ditengah-tengah kegalauan warga yang tergoncang dalam menentukan pilihan dan naluri tim sukses beserta anak-pinaknya dalam mengoyak-ngoyak basis lawan, biarlah menjadi catatan tersendiri bersama mandulnya Panwaslu.



Powered by Telkomsel BlackBerry®









Catatan Kedua Berpulangnya Ayu Basalamah

"Semoga Ayu beristirahat dengan tenang dan arwahnya diterima disisi-NYA"

Pada kesempatan kali ini, di tengah gejolak Pilwako dan geliat "Malam Bakupas", kita harus senantiasa ingat bahwa di Kota Kotamobagu ada sebuah peristiwa tragis dimana seorang penata rias tewas terbunuh.

Ya, Ayu Basalamah. 17 Juni lalu ia ditemukan tewas terbunuh secara mengenaskan di salonya yang terletak di tengah-tengah kota, beberapa meter dari Bundaran Paris Kotamobagu.

Gejolak Pilwako begitupun manuver tim sukses para kandidat dan semua kaki tangan yang malam ini tengah menggeliat bak gurita, tak harus membuat kita lupa pada peristiwa pembunuhan itu.

Saat ini polisi memang tengah diperhadapkan dengan tugas pengamanan terkait Pilwako. Namun bukan berarti proses pengusutan terhadap peristiwa Ayu menjadi lamban.

Sekedar renungan bagi kita para pecinta kehidupan, anti penindasan, kekerasan dan kesewenang-wenangan, bahwa menolak lupa atas kasus yang menimpa Ayu adalah sebuah kesadaran bahwa hukum harus ditegakkan. Aparat berwenang harus serius menangani kasus ini dan kematian Ayu bukan sebuah kematian biasa yang tinggal sekedar menjadi gumaman tersepi dari balik batin kita yang sesak, atau cuma menjadi penutup kalimat pasrah dengan hiburan bahasa; memang so bagini stow depe jalang-jalang.

Kita sadar bahwa kematian Ayu meninggalkan berjuta pertanyaan bagi kita yang tahu bahwa dengan terseok-seok, telah hampir 3 bulan lamanya ia menantikan keadilan. Ia mengadu tak hanya ke Polres Bolmong namun Mabes Polri hingga ke Komnas HAM. Sayang, kepastian hukum yang dinanti-nantikanya tak urung tiba sampai akhirnya ia terbunuh. Siapa pelakunya, menjadi tugas kepolisian untuk mengungkap dan menyeret tersangka ke pengadilan.

Pembaca pasti tahu ada berderet gosip bernada spekulatif yang beredar ditelinga kita terkait tragedi terbunuhnya Ayu. Baiklah, pada kesempatan kali ini kita lempar jauh-jauh gosip tak jelas itu. Tak usah kita jadikan bahasan dengan asumsi, satu peristiwa bisa jadi tak terhubung sama sekali dengan sebuah peristiwa lain. Untuk perkara ini, sebagai warga negara yang sama-sama menghargai hukum bersamaan dengan adanya sebuah kesadaran akan hak-hak setiap orang dimata hukum, sama-sama kita seret diri kita jauh dari nuansa gosip dan spekulatif. Terlebih duga-duga yang nanti akan menjurus ke fitnah. Jadi untuk perkara gosip dan spekulatif, selesai sampai diparagraf ini.

Namun, soal pelaku penganiayaan terhadap Ayu tempo hari, kepada aparat hukum, kita sama-sama sepakat meminta dan menuntut agar perkara itu di usut tuntas hingga ke akar-akarnya tanpa pandang bulu. Seret semua pelaku penganiayaan dengan seadil-adilnya.

Selanjutnya bagi siapa saja pecandu film bertema detektif, gangster atau mafia, pasti ada sedikit catatan kecil dan amat sederhana sekali yang menyeruak di alam pikiran kita. Paling sedikit ada tiga catatan diantaranya adalah; Pertama, adakah Ayu merupakan sosok yang terlibat hutang piutang? Kedua, adakah sebuah peristiwa asmara yang bisa meletupkan api cemburu pihak lain yang membabi-buta? Ketiga, adakah bergepok-gepok uang tunai atau barang berharga tersimpan di dalam salon milik Ayu? Keempat, adakah Ayu mengetahui sesuatu yang sifatnya amat sangat rahasia yang dianggap akan membahayakan entah seseorang atau suatu kelompok?
Semoga tabir misteri ini cepat terungkap.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 18 Juni 2013

Catatan Pertama Berpulangnya Ayu Basalamah


Ketika perhatian warga Kota Kotamobagu sekonyong-konyong tersita pada agenda Pilwako yang iklimnya kian panas, ketika sebagian dari kita ditenggelamkan oleh suatu keadaan, pemandangan menggelikan, dan peristiwa2 yang membuat kita resah, pun muak tatkala praktek politik dalam pesta Pilwako KK sungguh tak mendidik karena cuma jadi ajang baku terek lewat perang posko, atribut, perang lagu, saling sindir saling terek dan poleke, tiba-tiba kita gempar oleh berita terbunuhnya Ayu Basalamah.

Ayu Basalamah (seperti yg telah pernah dituliskan), seorang penata rambut dan tukang rias pengantin sekaligus pemilik  Ayu Salon, Senin 17 Juni 2013 siang kemarin sekitar pukul 14:00 Wita, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di salon miliknya, tak  jauh dari Bundaran Paris Kotamobagu.

Berita terbunuhnya Ayu bukan sekedar kegemparan biasa dengan alasan yang biasa pula. Hal ini seperti mengingatkan kita pada suatu kejadian. Salah satunya adalah peristiwa demonstrasi tanggal 1 April 2013 lalu di Bundaran Paris.

Ketika itu para sahabat-sahabat Ayu dan mereka yang bersimpati terhadap sosoknya yang menjadi korban penganiayaan, menunjukan solidaritas lewat aksi demonstrasi .

Solidaritas itu bernama Forum Komunikasi Waria Kotamobagu (KWK). Mereka berdemonstrasi menuntut aparat kepolisian agar serius mengusut tuntas oknum-oknum pelaku penganiyaan terhadap Ayu yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.

Mari kita seret sejenak ingatan kita ke soal insiden chating Ayu dengan seorang sahabatnya di kontak BBM (BlackBerry Mesangger),terkait dukung-mendukung kontestan asal Boltim di acara Idola Cilik sebuah TV swasta. Buntut dari dukung-mendukung itu tak ayal membuat Ayu tergelincir dan membuatnya "berurusan" dengan Bupati Boltim Sehan Lanjar, tatkala isi chating BBM antara dirinya dan lawan chating-nya di-capture lalu secepat kilat terserak di Gadget menjadi santapan publik.

Ayu didatangi oknum-oknum yang lantas membawanya ke Boltim. Ia dipertemukan dengan Eyang (sapaan Sehan Lanjar, Bupati Boltim). Diketahui Eyang sendiri telah memaafkan Ayu dan tak mempersoalkan lebih dalam terkait caci maki yang dilontarkannya melalui chating BBM tersebut. Urusan Eyang dan Ayu cepat selesai di "forum" saling maaf-memaafkan antara keduanya.

Namun malangnya nasib, entah kenapa lagi, tubuh Ayu yang gemulai harus menerima penyerangan secara fisik oleh sejumlah oknum yang entah atas dasar dan perhitungan apa melakukan penganiayaan terhadapnya.

Sebelum dibawa pulang kembali ke Kotamobagu, Ayu dititip di Polsek Urban Kotabunan. Hasilnya, Ayu babak belur, dan foto dengan keadaan wajah yang lebam membiru, tayang di sejumlah media terbitan Sulut, pun demikian di media sosial.

Ayu tak terima atas kesewenang2an yang menimpanya. Bersama para sahabat se-profesi dan solidaritas Waria (Wanita pria) mereka melayangkan laporan percobaan penculikan dan penganiayaan ke Mapolres Bolmong, didahului dengan gelaran aksi di Bundaran Paris Kotamobagu. Mereka menuntut agar para pelaku penganiayaan ditangkap dan di proses seadil-adilnya sesuai hukum yang berlaku.

Merasa penanganan pihak Polres Bolmong lamban, mereka melanjutkan laporan ke Polda Sulut. Setelah menanti dan tak jua membuahkan hasil, laporan dilanjutkan ke Mabes Polri lalu ke KOMNAS HAM di Jakarta.

Masih dalam posisi menunggu berlarut-larut dalam mengharapkan kepastian hukum dan keadilan yang pantas didapatkanya selaku warga negara yang memiliki hak yang sama di mata hukum, Senin 17 Juni 2013 sekitar pukul 14:00 Wita, Ayu telah terlebih dahulu ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan di Salon miliknya.

Kotamobagu sontak geger dan gempar tatkala wilayah ini sebentar lagi akan menggelar pesta demokrasi pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Kotamobagu.

Apa yang menimpa Ayu adalah gambaran yang menyesakkan. Setelah awalnya ia menderita akibat dianiaya oleh oknum-oknum yang telah dilaporkanya ke polisi, akhirnya ia tewas terbunuh entah oleh siapa.

Sebagian dari kita yang ngeri, resah, dan cemas dengan keadaan ini mungkin mengambil satu kesimpulan; Kotamobagu tak aman. Sekalipun bertepatan dengan adanya bala bantuan pengamanan berupa keberadaan ratusan aparat kepolisian yang dikerahkan dengan dana yang tak sedikit ke wilayah ini, dengan tujuan pengamanan sehubungan dengan adanya pesta demokrasi Pilwako KK.

Saat ini mungkin belum ada satu setanpun yang tahu siapa pelaku yang membuat Ayu terbunuh. Kita juga mesti hati-hati untuk tak berpikir serampangan apalagi berspekulasi menerka-nerka terkait motif dan latar belakang yang membuat ia terbunuh. Namun diantara kita yang mencoba mendalami seukuran pemikiran kita yang memang terbatas perihal terbunuhnya Ayu, tahu bahwa Ayu memiliki musuh. Soal siapa musuhnya, yang pasti bukan perampok bukan pula maling kelas teri sebab tak ada barang berharga yang raib dari TKP (Tempat Kejadian Perkara). Pun kita yang bukan ahli, bukan polisi, bukan kriminolog, pendeka kata bukan siapa-siapa yang memiliki wewenang dan kapasitas apa-apa, tak mesti serampangan berspekulasi apalagi bergosip lalu memilah-pilih serta mengelompokkan siapa saja musuh Ayu kemudian menjadikannya sebagai bahan diskusi bebas di warung kopi, pasar, terminal, kantin, atau pertamina.

Kita juga bukan seorang victimolog. Kita hanyalah masyarakat yang kini resah, gelisah, cemas, dan galau ketika rasa aman tinggal di rumah sendiri seolah terengut akibat peristiwa tragis ini. Sebuah rasa aman yang saat ini sekonyong-konyong telah berubah menjadi momok mengerikan. Bayangkan, seorang penata rias tewas terbunuh di salon miliknya yang terletak di pusat kota, di tengah-tengah keramaian, cuma beberapa meter dari Bundaran Paris yang setahu saya lokasi strategis ini telah dilengkapi dengan fasilitas kamera CCTV milik Polres Bolmong. (Semoga CCTV ini masih berfungsi, belum rusak sebab bisa menjadi awal petunjuk).

Pembaca, Ayu telah berpulang meninggalkan serentetan upaya perjuanganya dalam mengharapkan keadilan. Ia dibunuh dengan motif yang hingga kini masih kabur. Pelakunya jangankan tertangkap, diketahuipun belum.

Siapapun pelakunya, pasti ia bukan hantu, bukan pula genderuwo dengan tampang yang menyeramkan, dan yang jelas bukan mahluk luar angkasa. Ia pasti  ada dan tengah bergentayangan di atas bumi yang  fana ini. Mungkin ada di tengah-tengah kita dengan sosok dan wujud yang amat berbeda. Kita bahkan tidak tahu sama sekali. Polisi tetap masih di beri tugas dan kepercayaan sekaligus tantangan untuk mengungkap semua tabir dan teka-teki ini. Jika berhasil layak dapat bintang. Sedangkan kita selaku masyarakat yang kini merasa keamanan, ketentraman,dan keselamatannya terusik, maka sewajarnya siaga; Ada pembunuh disekitar kita.

Powered by Telkomsel BlackBerry®