Pasangan mana yang akhirnya akan
memenangkan Pilwako Kota Kotamobagu nanti? Pertanyaan ini tentu tengah meracau
merayap-rayap tak hanya di benak setiap orang yang tercatat sebagai warga Kota
Kotamobagu, namun juga disetiap relung hati siapa saja (dimanapun berada) yang memiliki hubungan dan menaruh perhatiannya
terhadap pesta demokrasi di Kotamobagu.
Ada sejumlah indikator yang bisa
dijadikan bahan acuan untuk memprediksi pasangan mana yang punya kans menang. Urusan ini biasanya lazim
menjadi kunyahan para analis politik (kita sebut saja dukun politik) mulai dari
yang kelas amatir hingga professional, dari kelas daong lemong hingga kelas daong
sosoro, atau dari kelas karbitan hingga masa’
pohong.
Namun karena persoalan Pemilukada/Pilwako adalah persoalan ilmu sosial dan ilmu politik yang perlu dikaji dan dipelajari hanya dengan terjun langsung didalamnya, maka siapapun bisa menjadi analis, pengamat, atau tukang ramal sekalipun karbitan. Terlebih ketika banyak dukun politik kelas kaliber belakangan pernah keliru dalam memprediksi pasangan yang bakal menang dalam Pemilukada di Sulut.
Sebut saja ketika prediksi para dukun politik itu meleset di Pemilukada Boltim dan Pemilukada Bolmong 2010 lalu. Alasan lainya adalah, karena Pilwako KK yang saat ini lebih banyak mempertontonkan perang baliho, bendera, spanduk, konvoi, posko pendukung, tembang kenangan, ajang baku terek hingga konon kucuran dana segar dari Tim Sukses salah satu kandidat yang tembus hingga ke urusan ramu-meramu rempah untuk bebek bumbu RW, maka nyong-nyong hingga ABG tukang wora valinggir di Kotobangon pun bisa dengan mudah menjadi dukun politik yang mampu memprediksikan, pasangan mana yang punya kans paling besar dalam memenangkan hajatan Pilwako nanti.
Namun karena persoalan Pemilukada/Pilwako adalah persoalan ilmu sosial dan ilmu politik yang perlu dikaji dan dipelajari hanya dengan terjun langsung didalamnya, maka siapapun bisa menjadi analis, pengamat, atau tukang ramal sekalipun karbitan. Terlebih ketika banyak dukun politik kelas kaliber belakangan pernah keliru dalam memprediksi pasangan yang bakal menang dalam Pemilukada di Sulut.
Sebut saja ketika prediksi para dukun politik itu meleset di Pemilukada Boltim dan Pemilukada Bolmong 2010 lalu. Alasan lainya adalah, karena Pilwako KK yang saat ini lebih banyak mempertontonkan perang baliho, bendera, spanduk, konvoi, posko pendukung, tembang kenangan, ajang baku terek hingga konon kucuran dana segar dari Tim Sukses salah satu kandidat yang tembus hingga ke urusan ramu-meramu rempah untuk bebek bumbu RW, maka nyong-nyong hingga ABG tukang wora valinggir di Kotobangon pun bisa dengan mudah menjadi dukun politik yang mampu memprediksikan, pasangan mana yang punya kans paling besar dalam memenangkan hajatan Pilwako nanti.
* * *
Saat dalam perjalanan menuju
Jarod Sinindian, saya terjebak macet tepat di depan bekas Kantor Pemkab Bolmong
karena berjubelnya massa pendukung pasangan MSL – Ishak yang tengah mengarak jagoan
mereka menuju Kantor KPU Kota Kotamobagu
untuk mendaftar.
Saya terpaksa menghentikan kendaraan dan memarkirnya direntetan kendaraan massa pendukung itu lalu masuk berjalan kaki mengikuti iring-iringan massa yang memasuki halaman Kantor KPU Kota Kotamobagu.
Di tengah kerumunan massa, iseng saya bertanya pada salah seorang yang hadir: “Bagimana kira-kira ni Pilwako KK? Sapa jo yang mo untung?” orang ini cepat menjawab: “Biar badai biru, kuning, deng merah mo baku malendong akang, tetap torang yang mo untung. Nanti baku lia jo? Katanya mantap penuh percaya diri. Saya membalas : “Ah, masa. Kiapa boleh bagitu dang?” jawaban pun cepat bersambut: “So pernah kwa ni pelem?” katanya lalu pergi menuju kerumunan massa yang berjubel tepat di depan gedung pendaftaran. Antusias yang ia tunjukkan pada siang itu menunjukkan sebuah gambaran bahwa dia bukan massa bayaran.
Saya terpaksa menghentikan kendaraan dan memarkirnya direntetan kendaraan massa pendukung itu lalu masuk berjalan kaki mengikuti iring-iringan massa yang memasuki halaman Kantor KPU Kota Kotamobagu.
Di tengah kerumunan massa, iseng saya bertanya pada salah seorang yang hadir: “Bagimana kira-kira ni Pilwako KK? Sapa jo yang mo untung?” orang ini cepat menjawab: “Biar badai biru, kuning, deng merah mo baku malendong akang, tetap torang yang mo untung. Nanti baku lia jo? Katanya mantap penuh percaya diri. Saya membalas : “Ah, masa. Kiapa boleh bagitu dang?” jawaban pun cepat bersambut: “So pernah kwa ni pelem?” katanya lalu pergi menuju kerumunan massa yang berjubel tepat di depan gedung pendaftaran. Antusias yang ia tunjukkan pada siang itu menunjukkan sebuah gambaran bahwa dia bukan massa bayaran.
Saya jadi penasaran dengan ungkapanya. Membuat saya ingin mengejarnya lagi berharap mendapatkan kejelasan apa yang ia maksudkan dengan kalimat so pernah kwa ni pelem? Namun orang ini keburu lenyap ditelan kerumunan massa sehingga saya memilih bergabung dengan beberapa kawan Wartawan yang meliput pendaftaran pasangan yang hari itu resmi dijuluki LARIS MANIS.
Dikerumunan, saya mendengar
(meski terpotong-terpotong) pembicaraan yang sedikitnya membahas soal massa
pasangan Tatong Bara – Jainudin Damopolii juga Djelantik Mokodompit – Rustam
Simbala yang telah terlebih dahulu berkonvoi di hari sebelumnya. Dari
perbincangan itu rata-rata omongan tidak pernah merasa gentar dengan massa yang
telah berkonvoi. “Kong massa ini hari
dang ndak mo rekeng dang?” kata omongan itu diselingi tawa dan olok-olok
yang cukup menggelitik. “Torang malah
sanang kalo tiap hari dorang ba konvoi. Sebiar kasana sampe dorang hosa di
tengah jalan”. Kata omongan dalam kerumunan massa di hari pendaftaran itu.
***
Politik, terutama dalam urusan
Pemilukada/Pilwako memang menghadirkan beragam kemungkinan dan kegemparan
tersendiri. Sekedar menengok ke belakang, siapa yang tak ingat konvoi massa pendukung pasangan Bogani pada Pilwako
2009 lalu? Juga rilis hasil survey yang digelar para dukun politik yang menaruh
pasangan Bogani (Syachrial Damopolii – Sutomo Samad) dihitungan teratas. Toh pada akhirnya pasangan Djelita
(Djelantik Mokodompit – Tatong Bara) keluar sebagai pemenang. Begitupun
pengalaman Pemilukada di Boltim yang dimenangkan kandidat yang kalah popularitas
dibanding kandidat lain. Begitupun di Pemilukada Bolmong dimana rakyat gempar
tatkala pasangan Salihi Mokodongan – Yanni Tuuk berhasil keluar sebagai
pemenang meruntuhkan prediksi yang menyebutkan kalau bukan ADM-Norma yang
menang maka Limi-Meydi yang bakal jadi Bupati dan Wakil Bupati Bolmong. Namun toh semuanya meleset. Tak
tanggung-tanggung kemenangan Salihi-Yanni memberi tamparan paling memalukan
terhadap para dukun politik yang berkecimpung di lembaga survey kelas kaliber.
Lantas kandidat mana yang bakal menjadi pemenang di Pilwako KK saat
ini? Selasa 19 Maret 2013 kemarin, saya iseng mengirim chat BBM (BlackBerry messenger) pada seorang sahabat dekat yang selain tukang lawak, dia juga dikenal paling jago dalam urusan
syair-menyair mimpi untuk dipasangkan sebagai angka Togel. Tak heran di kontak
BBM, saya mengedit nama kontaknya menjadi Master Togel. Saya lantas menanyakan
soal siapa menurut dia pasangan kandidat yang punya kans kuat dalam memenangkan Pilwako KK nanti? Pertanyaan saya cepat
dibalas sebagai berikut; “Ngana hitong
jo, sapa pe bendera deng baliho paling banyak da pasang, so pasangan itu noh yang
mo menang. Kita pe mimpi kwa bagitu”.
Saya tahu itu rujukan yang bukan hanya ngawur tapi juga apa yang disebut anak-anak muda Mongondow sebagai Gilingan. Tapi saya memang ingin bermain-main dengan dia. Minimal kepenatan siang kemarin bisa hilang dengan adanya lelucon-lelucon segar. Sembari tersenyum saya kembali mengiriminya chat yang isinya menanyakan kenapa harus bendera dan baliho yang menjadi ukuran? Ia lantas membalas: “Karna romantis itu yang paling banyak bendera”. Balasan chat yang ia kirimkan ini penuh berhias emotion yang menggambarkan orang tengah terkakak sambil guling-guling, lalu di ikuti chat selanjutnya: “Ngana pasang jo 35 di Sidney, asli kanal ngana. Sudah jo batanya sapa yang mo menang karna so pernah kwa ni pelem”.
Saya menutup chat yang ia kirimkan ini dengan mengetik: Wkwkwkkwkwkwk…!! Lalu menaruh emotion mata berputar mewakili rasa penasaran saya tatkala kembali berjumpa dengan kalimat: so pernah kwa ni pelem. Namun yang membuat saya sedikit menyesal, adalah ketika tak mengikuti saranya untuk memasang angka 35 di putaran Togel Sidney periode Selasa 19 maret 2013.
Saya tahu itu rujukan yang bukan hanya ngawur tapi juga apa yang disebut anak-anak muda Mongondow sebagai Gilingan. Tapi saya memang ingin bermain-main dengan dia. Minimal kepenatan siang kemarin bisa hilang dengan adanya lelucon-lelucon segar. Sembari tersenyum saya kembali mengiriminya chat yang isinya menanyakan kenapa harus bendera dan baliho yang menjadi ukuran? Ia lantas membalas: “Karna romantis itu yang paling banyak bendera”. Balasan chat yang ia kirimkan ini penuh berhias emotion yang menggambarkan orang tengah terkakak sambil guling-guling, lalu di ikuti chat selanjutnya: “Ngana pasang jo 35 di Sidney, asli kanal ngana. Sudah jo batanya sapa yang mo menang karna so pernah kwa ni pelem”.
Saya menutup chat yang ia kirimkan ini dengan mengetik: Wkwkwkkwkwkwk…!! Lalu menaruh emotion mata berputar mewakili rasa penasaran saya tatkala kembali berjumpa dengan kalimat: so pernah kwa ni pelem. Namun yang membuat saya sedikit menyesal, adalah ketika tak mengikuti saranya untuk memasang angka 35 di putaran Togel Sidney periode Selasa 19 maret 2013.
Pembaca, lantas kandidat mana
sebenarnya menurut pembaca yang paling berpeluang memenangkan Pilwako KK nanti? Please,
jangan katakan: so pernah kwa ni pelem.
Sebab satu minggu jelang hari pemilihan, saya akan bertemu dengan
saudara-saudari untuk memberitahu apa yang seharusnya menjadi keputusan sebelum
masuk bilik TPS.
Bagi yang mau mendengar silahkan, yang enggan juga tak masalah.
Bagi yang mau mendengar silahkan, yang enggan juga tak masalah.