Minggu, 08 Maret 2015

Dahsyatnya Nova Soputan: Dihujat Gara-Gara Hanya Menyebut dari Akper Totabuan (Tanpa Mongondow)


Sejak bergabung menjadi jamaah bebekiyah (pengguna aplikasi BlackBerry Messenger/BBM) , saya hampir tidak pernah protes ketika ada teman kontak BBM menyiarkan pesan broadcast, sekalipun itu hanya ajakan untuk invite PIN.

Jangankan itu, pesan beruntai yang menumpuk masuk kolom chat karena mutual friend yang jumlahnya puluhan, tidak pernah saya soal. Saya menganggap semua itu sebagai interaksi sesama jamaah bebekiyah. Sebab apalah guna menjadi sesama jamaah bebekiyah jika tidak saling bertegur sapa sekalipun hanya lewat pesan siaran.

Siang tadi—bahkan sekarang masih sedang menerima—pesan broadcast ramai beruntai di kolom chat kontak saya. Datangnya tentu dari kontak sesama jamaah bebekiyah. Keramaian pesan siaran ini bahkan belum termasuk yang datang dari mutual friend (kontak yang sama) yang jumlahnya mencapai puluhan. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana broadcast itu masuk bertumpuk-tumpuk.

Isinya apa? Rupanya mengutip tautan Kronik Mongondow yang menurunkan artikel berjudul Akper Totabuan dan Kehinaan Mongondow.

Gatal rasanya jika tidak membuka link dengan tajuk yang tak main-main itu. Ini menyangkut Mongondow. Apalagi datang dari seorang punggawa polemik dan kaliber dalam urusan tulis-menulis seperti Kakak Katamsi Ginano pemilik kerajaan Kronik.

Pembaca, banyak dari kita di Mongondow yang pasti tidak lagi menyangsikan ‘kejumawaan’ Kakak Katamsi yang amat self-proclaimed dengan ke-mongondowan-nya. Salut untuk itu. Kita bahkan akan sangat sepakat, generasi Mongondow jaman android dan Clash of Clan seperti sekarang ini, betapa pantas mencontohi kejumawaan itu.

Di Mongondow, memang bukan tak ada orang yang begitu self-proclaimed tentang jati diri, budaya, dan tanah leluhurnya. Bahkan radikal seperti kejadian di Singapura sebagaimana baru saya baca di Kronik. 

Tapi kita memang harus jujur bahwa jarang nian kita temukan seorang Mongondow yang radikal seperti Kakak Katamsi dalam memproklamirkan ke-mongondowan-nya di mata dunia. Sekali lagi, salut untuk itu.

***

Sekarang kita kembali ke soal Akper Totabuan (Akto) Kotamobagu yang hari ini sedang diributkan para jamaah bebekiyah dan netizen di Mongondow. Penyebabnya apa? Kronik menuturkan, ihwal perkara ternyata soal serombongan mahasiswa Akper Totabuan yang tampil di tayangan Dasyat RCTI, Minggu (8 Maret 2015) , yang kompak menyaru berasal dari Manado? Jelas mereka—termasuk dosen yang sesiapun yang menjadi pendamping—tidak melakukan kekhilafan. Mereka memalsukan identitas. Alasannya boleh jadi karena menyebut ‘’Kotamobagu’’ barangkali membuat gengsi jatuh atau mungkin karena seluruh rombongan itu memang berasal dari Manado dan sekadar ‘’pemain pinjaman’’ untuk Akper Totabuan. (kutipan asli dari Kronik)

Begitukah kejadiaanya? Sehingga secara berjamaah dan berbondong-bondong—seperti barisan yang dikomando—para jamaah bebekiyah dan kalangan netizen yang eksis di fesbukiyah dan twitterkiyah, tak sekadar menghujat dan mengolok-olok anak-anak Akto. Sebagian (banyak yang tertangkap di Recent Updates Bebekiyah) bahkan mengancam akan menyambut dengan lemparan telur, ada yang lebay membuat Meme yang tanpa sungkan melibatkan Bogani sedang dalam keadaan menanti anak-anak Akto untuk ditumbak, ada yang meminta agar mereka amak-anak Akto tak usah kembali ke Mongondow, ada yang membuat status sarkastik dan radikal yang meminta agar anak-anak Akto diusir dari tanah Mongondow; diberi tonjokan di kepala; sebagian malah rela hendak beli tiket pesawat untuk terbang ke Jakarta lalu menempeleng satu-satu para rombongan, dan bentuk-bentuk ancaman lainnya—dari yang serius hingga bombulou—seolah klaim sebagai anak Mongondow yang paling benar, fanatik, dan radikal, hanya mengalir dalam darah mereka—para penghujat itu—yang betapa sangsinya saya jika mereka benar-benar menonton Dahsyat yang tayang pagi tadi, dan membuat mereka berlagak seperti merekalah anak Mongondow paling benar dan telah mewujud dalam tindakkannya sehari-hari.

Maka mari kita buka faktanya!

Dalam acara Dahsyat yang tayang (Minggu 08 Maret 2015) pagi tadi, Raffi Ahmad presenter Dahsyat meminta beberapa penonton yang hadir dalam acara tersebut untuk dapat tampil berpartisipasi dalam segmen lomba makan Mie, yang disiapkan untuk 3 peserta.

Ada banyak penonton (laki-laki dan perempuan) yang mengacungkan tangan hendak di pilih Raffi untuk tampil ke panggung. Raffi lantas memilih 2 orang laki-laki dari sekian banyak yang mengangkat tangan itu. Dua orang (laki-laki) itu lantas tampil. Sehingga tinggal ada 1 tempat tersedia bagi peserta. Raffi lantas memilih kembali peserta diantara penonton yang berjubel. Nova (dari Akto) dan 1 orang kawan mahasiswa sesama Akto (laki-laki) masih mengacungkan tangan. Raffi lantas meminta untuk ke panggung. Karena tinggal tersedia 1 tempat, maka Raffi memutuskan peserta ketiga mewakili kaum perempuan. Maka oleh Raffi, dipilihlah Nova sebagai peserta terakhir, sehingga teman laki-laki sesama anak Akto kembali ke barisan penonton.

Seperti biasa, Raffi menanyakan asal para peserta dalam segmen lomba makan Mie tersebut. Nova adalah peserta ketiga yang ditanyai. Saat Raffi bertanya, dari mana? Terdengar suara yang entah datangnya dari presenter perempuan di samping Nova atau Nova sendiri yang menjawab; “Dari Manado”. Hanya sepersekian detik kemudian, Raffi meneruskan; “Oh, dari Manado? Kampusnya apa?” Nova dengan tegas menjawab : "Akper Totabuan”.

Pembaca, jika jawaban Novita Soputan kepada Raffi Ahmad itu yang dipersoalkan sebagai bentuk pemalsuan identitas, pembohongan, dan rasa malu dirinya yang tidak menjawab Raffi sebagai anak Mongondow asli, hingga seolah-olah langit di Mongondow runtuh menimpa kepala, maka alangkah dungunya kita.

Samsuri Rulli Dilapanga, seorang alumnus Akto, ketika saya tanyai soal 'keributan' di recent update bebekiyah, menjawab; "Kenapa kita harus memaksakan kehendak agar Nova Soputan mengaku anak Mongondow dan membentangkan sejarah Mongondow di depan Raffi Ahmad, dalam acara yang tak penting macam Dahsyat. Gak nyambung dan blum stow!" 

Pembaca, tampil di Dahsyat dan berkesempatan menyebut; "Dari kampus Akper Totabuan" (ada Totabuannya lho), adalah kebanggan yang patut disyukuri semua yang hidup di Totabuan. Kalau Nova Soputan mampu dan sudah melakukan itu (ditonton rakyat dari Merauke hingga Sabang), kalian bagaimana??

Baca juga :

1. Sekali Lagi, Soal Nova Soputan dan Netizen Reaksioner Berisik

2. Sesat Pikir Netizen Reaksioner Berisik di Mongondow

3. Wakil Rakyat, Netizen, dan Teori Konspirasi Dibalik Kedahsyatan Akto