Rabu, 04 Maret 2015

Soal Memilih Menantu, Ini 7 Alasan Paling Revolusioner, Mengapa Anak Mapala!

foto kompas.com
Tak usah khawatir soal bagaimana nanti anak Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) bakal mencintaimu sekaligus mengasihi keluargamu. Alam beserta isinya saja ia ikrarkan untuk dijaga, apalagi calon istri (atau suami) macam kamu, begitupun bapak-ibu, om-tante, dan oma-opa-mu di rumah.

Di jaman ketika banyak orang tua menaikan standard ongkos nikah anak perempuannya gara-gara kontribusi tayangan infotainment (pernikahan waw kalangan artis), pada akhirnya (percayalah) akan datang suatu masa dimana para orang tua yang mulai putus asa, menyadari sepenuhnya bahwa, pemuda macam Rafi Ahmad memang sedikit di Indonesia, dan tak selalu manjur dijadikan standar patokan. 

Begitupun untuk orang tua yang memimpikan anak laki-lakinya mempersunting putri macam Syahrini. Sudah saatnya membuang impian sia-sia itu dan pintar menyadari tanpa perlu putus asa bahwa, putri macam Syahrini itu hanya bikin dada ngos-ngosan ketika banyak penduduk membully nanti, gara-gara aksi maju mundur maju mundur cantik cantik-nya. Impian agar anak laki-laki Anda juga dapat mempersunting Noor Hafizah, seorang pilot pesawat yang hingga kini masih menjomblo, segera tepikan ke kaki dipan, sebelum anak Anda makin terjerumus ke lembah kesepian terdalam.

Bagi putra dan putri anak si Bapak Fulan dan si Ibu Fulin juga sudah waktunya untuk tidak mengimani kekhawatiran terdungu yang mewujud dalam deretan kalimat; "Lalu makan apa nanti kalau hidup dengannya? Makan cinta? Kalau sakit mau minum apa? Minum cinta juga,?". Kalau ada yang menanyakan begitu, maka rugilah berdebat panjang saling bersitegang. Cukup jawab; "Kalau lapar ya makan nasi, dan kalau sakit ya minum obat,". Sederhana kan?

Nah, semua itu merupakan peluang, terutama bagi anak-anak Mapala (cewek maupun cowok), untuk mulai menongolkan diri ke hadapan publik. Saatnya turun gunung meninggalkan sejenak jejak-jejak pertualang alam bebas dan segala bentuk semedi di sana, kemudian sedapat mungkin mangkir sebentar dari hidupan liar margasatwa endemik, dan jadilah sosok yang self-proclaimed demi terciptanya wacana alternatif yang nanti tertangkap menjadi paham paling revolusioner dalam batok kepala para calon mertua terkait pilihan; kepada pemuda (dan pemudi) macam mana anak mereka tepat dinikahkan. 

Kenapa anak Mapala?

Di jaman ketika konsep kemapanan banyak melahirkan modus penipuan, dan pernikahan pada akhirnya bangkrut meski baru se-usia jagung, mendapatkan anak Mapala sebagai menantu adalah pilihan cerdas dan paling revolusioner bagi para calon mertua yang berpikir.

Berikut ini adalah 7 alasan paling revolusioner, terkait keunggulan anak Mapala yang layak dibaca para orang tua yang frustasi dan hampir bunuh diri menyeleksi calon menantu yang pantas.

1. Romantis.

Jangan menganggap remeh anak Mapala, terlebih dari segi tampilan luar, yang biasanya cepat membuat orang mudah menuduh macam-macam (meski hampir semuanya betul. Hehehe).

Kesalahan masyarakat kita adalah menilai orang dari casingnya saja. Umumnya anak Mapala disangka brutal, berdandan bak garong dengan perut lapar seminggu, nakal, brengsek, orang gak bener tanpa masa depan cerah, jarang mandi, berkutu, dan bau.

Tapi tahukah orang-orang picik itu, dibalik merek pembasmi hama serangga dan pestisida yang disangkakan pada anak-anak Mapala, tersimpan kelembutan hati yang harum mewangi seperti aroma sedap malam di pegunungan, puitis dan romantis.

Tak percaya? Coba tanya sana sama yang pernah dekat dan berhubungan dengan anak Mapala. Bukankah banyak anak gadis yang klepek-klepek dan dengkulnya mendadak gemetar, ketika di malam sunyi; kopi krim coklat tersaji depan tenda beralaskan matras; dibawah sinar bulan dan taburan bintang; si anak Mapala memetik gitar membawakan lagu Power Slaves: "Tetaplah di sampingku ow ho.. sampai fajar tiba...". Dijamin deh akan ada yang bakal lupa turun gunung.

Begitupun anak laki yang menaksir anak Mapala yang cewek. Baru tahu dia kalau bumi itu tak sebatas ketiak Mami, dan tak sekedar seru seperti game Clash of Clan, ketika diajak kemping.

Akan tetapi, sekalipun dikenal romantis dan peka dalam merasa nuansa hati pasangannya, jangan berharap kalau anak Mapala akan menjual idealismenya dengan memberikan hadiah romantis berupa Edelweiss yang akan menambah hati para cewek berbunga-bunga, atau bagi yang cowok (yang menaksir anak Mapala cewek) merasa seperti baru saja dilemparkan ke bumi. Namun demikian, sebagai ganti agar si cewek tak merasa keinginan 'vandalis-nya' ditolak, pertunjukkan sulap yang biasa mereka mainkan dalam tenda, dapat menjadi hiburan pereda sedih. Sedangkan untuk cowok, betapa malunya anak itu ketika si cewek anak Mapala yang ditaksirnya, cekatan membuat api unggun dan menyalakan Trangia, sembari memberi penjelasan pada si cowok bahwa bunga Edelweiss itu bukan hijau apalagi merah jambu warnanya.

2. Pondasi Ketahanan Pangan

Anak Mapala itu telaten berkebun. Jadi tak usah ditaruh heran jika pekarangan rumah mertua dicangkul kemudian ditanami sayur mayur beragam varietas. Menantu yang satu ini sepertinya sesak nafas jika melihat ada pekarangan rumah yang dibiarkan kosong tak ditanami apa-apa. Lama-kelamaan, jika tak dikontrol, ia akan mengubah pekarangan jadi sorga sayur-mayur, tanaman rempah, dan umbi-umbian menjalar hingga ke tembok. Dalam perkembangan selanjutnya, jangan heran jika anak Mapala ini mulai merekrut para tetangga kemudian mendirikan Kelompok Hijau Tingkat RT.

3. Pintar Memasak

Selain telaten berkebun, anak Mapala juga pintar memasak. Jadi tak usah khawatir jika selaku istri (dan suami) atau mertua yang sedang sakit, urusan di dapur untuk sementara di pe-el-te-kan dulu ke menantu. Soal lidah istri (suami) dan mertua yang pahit akibat didera panas, rata-rata anak Mapala sudah tahu bagaimana mensiasati nafsu makan yang hilang itu dapat berangsur-angsur stabil kembali. Makanya dari dapur, aroma daun sereh dan bumbu Kuah Asang, begitu kuat memprovokasi ujung hidung meski mampet. Anak Mapala paling tahu berapa buah tomat yang pas, begitupun sereh; daun kunyit; dan bumbu racik lainnya dalam menegasikan menu Kuah Asang.

Soal memasak Sup Daging Sapi dan Opor Ayam, tak usah didebat. Untuk Sup, anak Mapala sudah tahu mana yang lebih dulu dijatuhkan ke kuali; irisan bawang merah atau jintar ketumbar. Begitupun untuk Opor; rempah mana yang duluan ditumis sebelum menaruh air dan santan kelapa. Dari dapur, anak Mapala cerdas bekerja meramu bumbu, seperti Lenin yang tengah menyusun materi agitasi propaganda untuk kaum Bolshevik.

4. Dapat Diandalkan

Soal tanggung jawab tak usah ditanya. Medan keras dan kejam mana lagi yang tak ia tempuh meski dengan punggung yang sarat beban. Hujan, panas, badai, lembah, lereng, punggungan, puncak, goa, lautan, rawa, semua berhasil dilalui. Ini yang membedakan anak Mapala dengan anak alay gaul jablay yang cepat merengek ketika ditimpa masalah. Soal bertahan hidup tak usah ditanya lagi, materi dan praktek survival sudah beberapa kali disantap. Jadi, jika masalah yang menimpa hanya soal bunga rentenir dari lintah darat 30 persen yang mencoba mengirim kaki tangannya ke rumah, suruh saja anak Mapala yang mengatasi. Jika sengketanya adalah soal perebutan lahan, maka kasih anak Mapala menangani. Ia akan dengan mudah menyebarkan informasi ke Komunitas Pecinta Alam (KPA) dan Mapala seantero kabupaten untuk hadir dalam Kemah Akbar yang lokasinya di lahan sengketa. Maka coba-cobalah menganggu area Jambore itu.

Bagi Anda yang bermukim di daerah rawan bencana, tak perlu terlampau khawatir. Anak Mapala sudah beberapa kali menjadi tenaga sukarela yang membentuk Posko Tim Sar juga bergabung dengan Badan SAR Nasional dalam menanggulangi bencana. Mereka cekatan dan telaten. Jadi kalau cuma soal banjir, itu kecil dimata mereka. Jangankan itu, bencana longsor, gunung meletus, banjir bandang, sudah menjadi santapan hari-hari anak Mapala. Pendek kata, jika diibaratkan jenis kendaraan, maka anak Mapala adalah tipe ATV (All Terrain Vahicle) yang dapat diandalkan di segala medan.

5. Presiden Adalah Anak Mapala

Orang sudah banyak yang tahu kalau Jokowi pernah berpenampilan metal saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI. Ketika itu Jokowi yang kini Presiden RI menonton konser Metallica di Jakarta. Tapi banyakkah orang yang tahu bahwa Jokowi adalah anak Mapala? Maka gugling-lah di internet dengan kata kunci Jokowi Anak Mapala, Anda akan menemukan bagaimana Presiden RI ini berpose di atas gunung sambil membentangkan bendera Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Silvagama Fakultas Kehutanan UGM.

Itulah foto Jokowi yang diambil tahun 1983 silam. Dalam foto tersebut, Jokowi tampak mengenakan kaos lengan pendek, topi, dan sarung tangan. Ada teropong yang ikut dikalungkan di leher.

Jokowi yang kini adalah Presiden RI, mengatakan bahwa foto itu diambil ketika dirinya bersama dengan 11 temannya. Mereka mendaki Gunung Kerinci di Sumatera. Ketika itu Jokowi kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Menjadi anak Mapala berarti menjadi sosok yang ditempa alam menjadi sosok yang maju, mandiri, bertanggung-jawab, disiplin dan telaten.

6. Stylish

Siapa bilang anak Mapala ketinggalan fashion? Justru anak Mapala berkontribusi besar dalam perkembangan fashion baik di tanh air maupun di mancanegara. Coba lihat kemeja flanel yang dikeluarkan para perancang busana. Belum lagi celana adventure yang melahirkan banyak tipe dan varian. Ini belum termasuk asesoris/pernak-pernik yang biasa mereka pakai. Soal peralatan, jangan ditanya lagi. Dan jarang sekali KW. Rata-rata Ori. Anak Mapala paling anti memakai fashion, asesoris, dan peralatan KW. Sepatu boots dipadu dengan celana lapangan, atu jeans belel dengan pernak-pernik perpaduan segala jenis budaya fashion dari yang terkecil hingga yang menyolok, ada di anak Mapala. Siapa sih yang tak terkintil-kintil dengan itu semua (cewek maupun cowok). Lalu coba cari tahu, di bidang fashion, anak gaul alay bin jablay memberi kontribusi apa di bidang fashion. Hehehe..

7. Setia

Dari semua alasan di atas, ini yang paling penting. Kesetiaan anak Mapala telah teruji tak hanya di bibir saja. Ini juga bukan ujian yang berlangsung dalam ruangan kelas; seperti mengerjakan ragam soal dan deretan tes ujian kesetiaan yang diberikan guru atau seorang psikolog saat Anda melamar pekerjaan dalam sebuah perusahan bonafid yang mewajibkan calon karyawannya di tes.

Ujian yang dicecap anak Mapala adalah ujian langsung yang membahana badai dari alam semesta dengan segala iklim, cuaca, dan keadaan medan di lapangan. Ketika mendaki, mereka tidak pernah saling meninggalkan satu sama lain. Selalu seiring sejalan. Tengoklah pula kesetia-kawanan antar anak Mapala di seluruh wilayah nusantara tercinta ini. Anda mungkin hanya tahu soal istilah sepiring berdua, segelas bersama, atau sekasur berdua. Tapi di dunia kepecinta-alaman, jangan heran jika Anda menyaksikan secara langsung bagaimana itu; selinting berempat, sepiring berenam, setikar bersepuluh, setenda sekelompok, atau sebakul sekawanan. Senantiasa bersama seiring-sejalan, tak saling tinggal meninggalkan kecuali Anda memintanya pergi ketika awalnya Anda menyuruh dia menanti di Hutan Pinus tak jauh dari tempat Anda pipis namun tiba-tiba Anda Berce (Berak di celana). Pret!!

Maka, adalah tindakan merugi dan sebuah kesia-siaan yang semena-mena dan amat disayangkan sekali, jika para anak gadis (juga pemuda alay) dan orang tua jaman gadget sekarang ini, masih menganggap remeh calon menantu anak Mapala, dan lebih memilih (meski setengah putus asa dan hampir bunuh diri) untuk menunggu kehadiran pemuda macam Rafi Ahmad atau pemudi seperti Syahrini pun anak gaul alay jablay yang selalu ada bak jamur di musim dingin.

mpastiem palopo