Selasa, 18 Juni 2013

Catatan Pertama Berpulangnya Ayu Basalamah


Ketika perhatian warga Kota Kotamobagu sekonyong-konyong tersita pada agenda Pilwako yang iklimnya kian panas, ketika sebagian dari kita ditenggelamkan oleh suatu keadaan, pemandangan menggelikan, dan peristiwa2 yang membuat kita resah, pun muak tatkala praktek politik dalam pesta Pilwako KK sungguh tak mendidik karena cuma jadi ajang baku terek lewat perang posko, atribut, perang lagu, saling sindir saling terek dan poleke, tiba-tiba kita gempar oleh berita terbunuhnya Ayu Basalamah.

Ayu Basalamah (seperti yg telah pernah dituliskan), seorang penata rambut dan tukang rias pengantin sekaligus pemilik  Ayu Salon, Senin 17 Juni 2013 siang kemarin sekitar pukul 14:00 Wita, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di salon miliknya, tak  jauh dari Bundaran Paris Kotamobagu.

Berita terbunuhnya Ayu bukan sekedar kegemparan biasa dengan alasan yang biasa pula. Hal ini seperti mengingatkan kita pada suatu kejadian. Salah satunya adalah peristiwa demonstrasi tanggal 1 April 2013 lalu di Bundaran Paris.

Ketika itu para sahabat-sahabat Ayu dan mereka yang bersimpati terhadap sosoknya yang menjadi korban penganiayaan, menunjukan solidaritas lewat aksi demonstrasi .

Solidaritas itu bernama Forum Komunikasi Waria Kotamobagu (KWK). Mereka berdemonstrasi menuntut aparat kepolisian agar serius mengusut tuntas oknum-oknum pelaku penganiyaan terhadap Ayu yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.

Mari kita seret sejenak ingatan kita ke soal insiden chating Ayu dengan seorang sahabatnya di kontak BBM (BlackBerry Mesangger),terkait dukung-mendukung kontestan asal Boltim di acara Idola Cilik sebuah TV swasta. Buntut dari dukung-mendukung itu tak ayal membuat Ayu tergelincir dan membuatnya "berurusan" dengan Bupati Boltim Sehan Lanjar, tatkala isi chating BBM antara dirinya dan lawan chating-nya di-capture lalu secepat kilat terserak di Gadget menjadi santapan publik.

Ayu didatangi oknum-oknum yang lantas membawanya ke Boltim. Ia dipertemukan dengan Eyang (sapaan Sehan Lanjar, Bupati Boltim). Diketahui Eyang sendiri telah memaafkan Ayu dan tak mempersoalkan lebih dalam terkait caci maki yang dilontarkannya melalui chating BBM tersebut. Urusan Eyang dan Ayu cepat selesai di "forum" saling maaf-memaafkan antara keduanya.

Namun malangnya nasib, entah kenapa lagi, tubuh Ayu yang gemulai harus menerima penyerangan secara fisik oleh sejumlah oknum yang entah atas dasar dan perhitungan apa melakukan penganiayaan terhadapnya.

Sebelum dibawa pulang kembali ke Kotamobagu, Ayu dititip di Polsek Urban Kotabunan. Hasilnya, Ayu babak belur, dan foto dengan keadaan wajah yang lebam membiru, tayang di sejumlah media terbitan Sulut, pun demikian di media sosial.

Ayu tak terima atas kesewenang2an yang menimpanya. Bersama para sahabat se-profesi dan solidaritas Waria (Wanita pria) mereka melayangkan laporan percobaan penculikan dan penganiayaan ke Mapolres Bolmong, didahului dengan gelaran aksi di Bundaran Paris Kotamobagu. Mereka menuntut agar para pelaku penganiayaan ditangkap dan di proses seadil-adilnya sesuai hukum yang berlaku.

Merasa penanganan pihak Polres Bolmong lamban, mereka melanjutkan laporan ke Polda Sulut. Setelah menanti dan tak jua membuahkan hasil, laporan dilanjutkan ke Mabes Polri lalu ke KOMNAS HAM di Jakarta.

Masih dalam posisi menunggu berlarut-larut dalam mengharapkan kepastian hukum dan keadilan yang pantas didapatkanya selaku warga negara yang memiliki hak yang sama di mata hukum, Senin 17 Juni 2013 sekitar pukul 14:00 Wita, Ayu telah terlebih dahulu ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan di Salon miliknya.

Kotamobagu sontak geger dan gempar tatkala wilayah ini sebentar lagi akan menggelar pesta demokrasi pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Kotamobagu.

Apa yang menimpa Ayu adalah gambaran yang menyesakkan. Setelah awalnya ia menderita akibat dianiaya oleh oknum-oknum yang telah dilaporkanya ke polisi, akhirnya ia tewas terbunuh entah oleh siapa.

Sebagian dari kita yang ngeri, resah, dan cemas dengan keadaan ini mungkin mengambil satu kesimpulan; Kotamobagu tak aman. Sekalipun bertepatan dengan adanya bala bantuan pengamanan berupa keberadaan ratusan aparat kepolisian yang dikerahkan dengan dana yang tak sedikit ke wilayah ini, dengan tujuan pengamanan sehubungan dengan adanya pesta demokrasi Pilwako KK.

Saat ini mungkin belum ada satu setanpun yang tahu siapa pelaku yang membuat Ayu terbunuh. Kita juga mesti hati-hati untuk tak berpikir serampangan apalagi berspekulasi menerka-nerka terkait motif dan latar belakang yang membuat ia terbunuh. Namun diantara kita yang mencoba mendalami seukuran pemikiran kita yang memang terbatas perihal terbunuhnya Ayu, tahu bahwa Ayu memiliki musuh. Soal siapa musuhnya, yang pasti bukan perampok bukan pula maling kelas teri sebab tak ada barang berharga yang raib dari TKP (Tempat Kejadian Perkara). Pun kita yang bukan ahli, bukan polisi, bukan kriminolog, pendeka kata bukan siapa-siapa yang memiliki wewenang dan kapasitas apa-apa, tak mesti serampangan berspekulasi apalagi bergosip lalu memilah-pilih serta mengelompokkan siapa saja musuh Ayu kemudian menjadikannya sebagai bahan diskusi bebas di warung kopi, pasar, terminal, kantin, atau pertamina.

Kita juga bukan seorang victimolog. Kita hanyalah masyarakat yang kini resah, gelisah, cemas, dan galau ketika rasa aman tinggal di rumah sendiri seolah terengut akibat peristiwa tragis ini. Sebuah rasa aman yang saat ini sekonyong-konyong telah berubah menjadi momok mengerikan. Bayangkan, seorang penata rias tewas terbunuh di salon miliknya yang terletak di pusat kota, di tengah-tengah keramaian, cuma beberapa meter dari Bundaran Paris yang setahu saya lokasi strategis ini telah dilengkapi dengan fasilitas kamera CCTV milik Polres Bolmong. (Semoga CCTV ini masih berfungsi, belum rusak sebab bisa menjadi awal petunjuk).

Pembaca, Ayu telah berpulang meninggalkan serentetan upaya perjuanganya dalam mengharapkan keadilan. Ia dibunuh dengan motif yang hingga kini masih kabur. Pelakunya jangankan tertangkap, diketahuipun belum.

Siapapun pelakunya, pasti ia bukan hantu, bukan pula genderuwo dengan tampang yang menyeramkan, dan yang jelas bukan mahluk luar angkasa. Ia pasti  ada dan tengah bergentayangan di atas bumi yang  fana ini. Mungkin ada di tengah-tengah kita dengan sosok dan wujud yang amat berbeda. Kita bahkan tidak tahu sama sekali. Polisi tetap masih di beri tugas dan kepercayaan sekaligus tantangan untuk mengungkap semua tabir dan teka-teki ini. Jika berhasil layak dapat bintang. Sedangkan kita selaku masyarakat yang kini merasa keamanan, ketentraman,dan keselamatannya terusik, maka sewajarnya siaga; Ada pembunuh disekitar kita.

Powered by Telkomsel BlackBerry®