Beberapa jam setelah tulisan
berjudul “Orang-orang Yang Terbunuh danYang Membunuh di Hari Palentain” disebar melalui pesan broadcast BBM, tanggapan datang dari 5 orang Jamaah Bebekiyah (pengguna BBM/(BlackBerry Messenger) di daftar kontak, yang tidak perlu saya sebutkan satu-satu namanya disini, sebab memang diminta. Tapi saya hendak menjelaskan ke salah satu yang paling serius.
Tanggapan itu bersifat protes
atas kalimat di poin e, kategori
Penderita Min+. Saya kutip : (e. Tidak punya pasangan (jomblo) lalu
disasar seseorang memakai sebalok coklat dan kado berwarna pink, sehingga
klepek-klepek dan momocik-mocik, sampai lupa daratan dan hilaf ada sesuatu yang
paling berharga hilang karena sebalok coklat).
Maka bersama ini saya menyampaikan
bahwa, setiap pembaca Leput Institut sebenarnya
diberi kebebasan dan kemerdekaan seluas-luasnya untuk menafsirkan setiap tulisan
di Leput. Bahkan menafsirkannya
secara semena-mena pun terserah. Pembaca bisa serius, bisa pula sekedar
main-main.
Teman di BBM (terima kasih telah
menjadi pembaca) rupanya ada yang menanggapinya dengan serius. Terutama terkait
Palentain. Ini sebenarnya tidak masalah bagi saya. Namun karena teman (yang
baik) ini, menanggapinya serius, maka saya juga merasa perlu serius menanggapi
balik, yang saya wujudkan lewat tulisan yang saya buat ini, sebagai penjelasan
atau jawaban atas tanggapan yang disampaikan dengan sopan dan penuh kerendahan
hati.
Teman di BBM ini sebenarnya juga
curhat. Ia mengatakan bahwa justru dirinya (mungkin pula ia mewakili orang-orang
yang senasib dengan dia), adalah korban persepsi (yang disebutnya sesat dan
dangkal) dari masyarakat atau orang yang menuduh dia (atau mewakili mereka yang bernasib sama) sebagai orang-orang yang
mengincar sesuatu (sesuatu disini konteksnya adalah seks) dengan modus sebalok
coklat atau dalam bentuk bingkisan berwarna merah jambu.
Teman ini juga memprotes kalimat
yang saya tulis; ada yang hilaf dan lupa daratan sehingga barang paling berharga hilang
karena sebalok coklat. Olehnya dengan nekat (namun sopan) ia bahkan ‘menuduh’
saya sebagai bagian dari orang yang berpersepsi buruk dan penuh prasangka
dengan fenomena sebalok coklat dan kado berwarna merah jambu yang marak
diberikan tiap hari Palentain tiba.
Teman BBM yang baik, seperti yang
saya sampaikan di atas bahwa, setiap pembaca diberi kebebasan dan kemerdekaan
menafsirkan atau mengapresiasi setiap kalimat atau tulisan yang ada di Leput. Termasuk kalimat yang disoal: “.....ada
yang hilaf dan lupa daratan sehingga barang paling berharga hilang karena
sebalok coklat”.
Jika teman berpikir ngeres, maka yang keluar pasti tak jauh
di seputar selangkangan. Sama halnya jika kita berpikir secara sampah, maka yang keluar di
seputar itu kalau bukan limbah ya gas beracun. Ini bukan pembelaan, meski teman
juga bebas menyimpulkan bahwa ini adalah pembelaan.
Tapi saya juga sebenarnya
menyadari dan malah iba dengan apa yang teman sampaikan bahwa, teman hanyalah korban
dari kepicikan otak orang-orang dengan ruang lingkup pemikiran yang hanya
sebatas bukubuku (kata orang di
sini) atau selevel dengkul.
Dan kepada 4 teman BBM lainya,
semoga penjelasan ini sudah dapat mewakili (merangkum) apa yang di protes. Sebelumnya terima
kasih sebab paket internet Anda tidak sekedar dimubasirkan.
Sekali lagi terima kasih dan bebas merdekalah nongkrong di Leput.
Anda memang layak! ;) (y) ({})