Senin, 09 Februari 2015

Kaum Jomblo Militan dan Teori Konspirasi Dibalik G 2M/40 ML di Kotamobagu

Mungkin bagi para pemangku kebijakan di Kota Kotamobagu (KK), pengalokasian dana rakyat sebesar 2 Milyar untuk 40 mata lampu, adalah kebutuhan mendesak sekaligus mulia demi kemaslahatan umat. Apalagi yang menjadi sandarannya adalah (konon) merupakan tuntutan warga Kota Kotamobagu yang risau di tengah kegelapan, sebagaimana yang disampaikan para pemangku kebijakan tersebut di media lokal versi cetak maupun online.

Sejenak akal sehat kita mungkin kaget mengetahui kebijakan 2 Milyar untuk 40 Mata Lampu itu, lulus pembahasan dan disetujui secara paripurna oleh wakil rakyat yang berperan sebagai para punggawa aspirasi di DPRD KK.

Akibatnya kewarasan kita seperti sedang dikompres untuk wajib maklum bahwa 2 Milyar untuk 40 Mata Lampu itu adalah wajar dan mulia. Apalagi dari segi aturan dan ketentuan yang berlaku, kebijakan tersebut telah melalui serangkaian sistim yang bersandar pada peraturan serta ketentuan baku dan sistim perundang-undangan yang berlaku dan telah di-sah-bukukan dalam bentuk APBD KK yang harus dijalankan.

Intinya, tak ada kaidah-kaidah hukum yang dilompati, sehingga kebijakan 2 Milyar untuk 40 Mata Lampu itu, sah berstempel legal dan tak usah disoal. Alasan lainnya mungkin KK (dengan capaian PAD yang masih merangkak) perlu bersolek dan soal penghematan anggaran tak perlu dipertanyakan lagi sebab lampu ini menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi listriknya dan merupakan sebuah alternatif yang murah dan hemat untuk digunakan sebagai sumber listrik penerangan karena menggunakan sumber energi gratis dan tak terbatas dari alam yaitu energi matahari.

Baik, kita tahan hasrat berdebat kita yang biasanya cepat konak tiap kali menyadari ada seonggok kebijakan pemerintah tengah telentang di ruang yang amat pantas untuk dibabat debat. Kesadaran kita saat ini mungkin sudah cukup mengakui bahwa kita telah terlampau capek berdebat. Jangan lupa pula bahwa momen Pilpres kemarin, tidakkah kita telah terlampau puas berdebat, dan berkali-kali orgasme dengan hasilnya? Cukuplah Kak Jonru yang sampai saat ini masih kesulitan dan nyaris tak tega untuk sekedar move on.

Tapi diam belum tentu emas dan tidak berdebat bukan berarti diam. Ada isengnya bagi kita untuk menguntit behind the scene terkait keluarnya kebijakan tersebut, lalu menggumulinya dari segi dan persepsi yang mungkin agak semena-mena, soalada apa sebenarnya dengan kebijakan 2 Milyar untuk 40 Mata Lampu?

Teori Konspirasi Dibalik Lahirnya Gerakan 2M/40MT

Kita patut curiga bahwa ada sebuah kekuatan masif yang bermain dibalik keluarnya kebijakan tersebut. Dan perlu diketahui bahwa, kekuatan ini tidak semata datang dari faksi politik kepentingan yang ada di parlemen (DPRD KK). Tidak pula dari desakan kelompok LSM, namun bersumber dari kekuatan yang hampir luput dari pengamatan kita. Kekuatan ini adalah kekuatan yang datang dari para kaum Jomblo.

Amboiii......!! Kenapa kaum jomblo?

Inilah kelemahan kita yang terlalu memandang remeh kaum ini. Akibatnya kita yang terbiasa amat dengan mudah menguak hal-hal tersembunyi di sekitar kita, di satu sisi justru luput dan kecolongan mengendus keberadaan kaum Jomblo yang kini telah mampu merambah hingga ke ranah mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan di lembaga legislatif maupun eksekutif.

Pendapat ini mungkin terkesan spekulatif dan agak semena-mena. Namun bukan berarti dugaan ini adalah dugaan sembarang dugaan yang mengesampingkan data-data pendukung, fenomena sosial, termasuk  asumsi soal kegelapan di Kotamobagu. 

Pernyataan Kepala Dinas Tata Kota Kotamobagu, yang saya kutip dari Totabuan.co, menarik untuk disimak. Menurut Alex, kondisi awal yang menjadi dasar pihaknya melaksanakan kegiatan pengadaan lampu penerangan jalan, adalah banyaknya keluhan masyarakat yang menyebut bahwa di Kotamobagu banyak jalan yang gelap. Kondisi ini menyebabkan Pemkot Kotamobagu kemudian mencari upaya dengan menggunakan lampu dengan sistem solar shell sebutan lain untuk lampu yang menggunakan tenaga surya.

Kita mungkin dapat menjejal beruntai tanya: siapa sebenarnya masyarakat yang mengeluh ini? dari kelompok atau komunitas mana mereka? Adakah semacam surat berisi curahan hati yang masuk ke meja Dinas Tata Kota? Kapan itu? Apakah ada relasi antara warga yang mengeluh ini dengan Kepala Dinas Tata Kota? Relasi macam manakah itu? Apakah pengeluhan diwakilkan lewat juru bicara kelompok/komunitas warga  yang melapor ini? Semisal lewat PJK (Persatuan Jomblo Kotamobagu), atau Jaringan Jomblo Bolaang Mongondow Raya (J2BMR)?  Ataukah mungkin sudah ada kader-kader titipan PJK dan J2BMR di gedung DPRD KK dan Kantor Walikota KK.

Serentetan pertanyaan di atas melahirkan dugaan kuat bahwa, ada teori konspirasi yang bermain di balik lahirnya kebijakan 2 Milyar Untuk 40 Mata Lampu, atau yang kini kita istilahkan sebagai G 2M/40ML.

Wikipedia menulis bahwa, teori konspirasi adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab  tertinggi dari suatu serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah), adalah suatu rahasia dan seringkali memperdaya, direncanakan secara diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat kuat atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Teori ini ada dan merambah hampir ke semua ranah kehidupan manusia, dari urusan politik sampai makanan. Orang yang tidak percaya selalu menganggap bahwa semua hanya olok-olok, mengada-ada, menyia-nyiakan waktu, kurang kerjaan, dan sebagainya.

Nah, soal adanya keluhan warga yang curhat atas keresahan terhadap kegelapan di KKsebagaimana yang disampaikan Kepala Dinas Tata Kota Alex Saranaungkenapa tidak kita jadikan sebagai jalan tikus dalam menelusuri dugaan adanya teori konspirasi yang bermain dibalik itu, sehingga memungkinkan kita untuk masuk membawa diri lebih dalam ke sebuah asumsi dan dugaan bahwa semacam ada Dewan Jomblo yang eksis di KK.

Dewan Jomblo ini tentu memiliki tugas pokok dan fungsi yang salah satunya bekerja untuk mempengaruhi kebijakan yang ada di KK.Tentunya tak hanya di ranah sosial, politik, ekonomi, maupun budaya yang bersentuhan langsung dengan kenyamanan kaum Jomblo.

Konon PJK dan J2BMR (kita curigai ada dan namai begitu sebagaimana dalam teori konspirasi) adalah anggota konsorsium dari Dewan Jomblo Kotamobagu (DJK).

Lantas apa hubungannya dengan pengalokasian dana rakyat sebesar 2 Milyar Untuk 40 Mata Lampu, dengan kepentingan atau kenyamanan kaum Jomblo terkait teori konspirasi dibalik itu?

Mari kita buka!


Pertama, tak sedikit sebenarnya dari kita yang mungkin sepakat meski sebatas celoteh-celoteh bahwa, hujan yang belakangan ini mengguyur Bolaang Mongondow Raya (BMR) termasuk di KK, (terutama) setiap malam minggu tiba, adalah akibat dari doa-doa mujarab kaum Jomblo. Tengoklah doa apa yang mereka posting sebagai status di hampir semua media sosial (Facebook, Twitter, dan Path); Mereka minta hujan mengguyur tanpa ampun. :p

Tak cukup disitu, intip pula Recent Update di BBM (BlackBerry Messenger). Para jamaah Jomblo di dunia Bebekiyah ini tak mati-matinya mengumbar status-status sinis jelang malam minggu: "Ujang jo kase kras skali Tuhan dari Jomblo lay kwa ini"  sebagian lagi menulis lebih brutal:  "Ya Allah saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar hari ini Sabtu pukul 5 sore, buatlah hujan sederas-derasnya, bila perlu tzunami hingga subuh menjelang, agar mereka gagal kencan".

Nah, siapa yang mereka sebut sebagai mereka ini? Tentu kaum yang berpasang-pasangan namun gagal kencan akibat doa-doa mujarab kaum Jomblo. Oh,ya. Jangan remehkan mereka sebab (mengutip perkataan kata Nabi),  doa orang-orang yang teraniaya (apalagi secara psikologis) pasti mustajab dan tanpa dihizab.

Kedua, bagi kaum yang berpacaran, sepanjang lorong yang gelap, adalah tempat berkasih mesra bagi dua insan yang dimabuk-kepayang dalam melawati malam minggu (maupun malam-malam lainnya) yang sangat berhasil menghemat isi kantong. Tak hanya sepanjang jalan dan lorong yang gelap mereka jadikan tempat berkasih mesra, tapi di KK, fasilitas-fasilitas publik seperti Taman Kota yang disinari lampu temaram, stadion Gelora Ambang, Puncak Ilongkow, dan eks-Kantor Pemkab Bolmong di Jalur Dua, adalah tempat favorit yang membuat susana romantis kian kental. Kita sama-sama tahu dan mengerti bahwa pacaran atau kencan tidak selamanya sukses dibawah terjangan lampu sorot macam yang ada di Camp Nau atau San Siro. (Bulum stow...)

Para kaum yang berpasang-pasangan ini tahu betul bahwa berkencan di hotel atau di tempat-tempat hiburan macam karaoke dan klub malam, selain harus bermodal bergepok-gepok Bung Karno, resiko yang ditempuh terlalu besar dan  memalukan. Siapa sih yang mau tergaruk razia pihak kepolisian maupun Satpol PP (kuat dugaan disusupi kaum Jomblo) yang kehilangan kasih sayang karena tega mempermalukan kaum berpasang-pasangan di hadapan umumdan sebenarnya melanggar hak private, kenyamanan orang, dan oleh sebab itu sebenarnya melanggar HAM.


Dua alasan yang dikemukakan diatas cukup menjadi alasan adanya teori konspirasi ulah para kaum Jomblo yang melahirkan Gerakan 2 Milyar untuk 40 Mata Lampu (G 2M/ML) di KK. Ini semacam 'coup d'etat' kader-kader Jomblowan dan Jomblowani terhadap kaum berpasang-pasangan atau kita sebut kaum D'Couple.

Namun santer juga berhembus gosip bahwa sebenarnmya tidak semua kaum Jomblo sepakat dengan
G 2M/40ML. Akibatnya sempat terjadi perpecahan di tubuh DJK menjadi dua arus kekuatan yakni, kaum Jomblo moderat dan kaum Jomblo yang radikal progresif-revolusioner dan terkenal dengan militansinya.

Kaum Jomblo moderat lebih memilih diam alias tak bereaksi dengan isu kegelapan beberapa lokasi tertentu di KK. Biasanya mereka adalah kaum Jomblo yang seiring berjalannya waktu, mulai bisa move on. Kelompok ini juga teridentifikasi mulai membuka diri dan memberi peluang masuknya benih-benih cinta bersemayam di hati mereka.

Sedangkan kaum Jomblo yang radikal dan progresif-revolusioner, adalah kader-kader Jomblo militan yang teridentifikasi belum bisa move on karena baru mengalami patah hati yang mendalam akibat hubungan yang kandas dan tragis. Apalagi mantan pacar mereka seringkali berpapasan dan kedapatan bersama tambatan hati yang baru, di sepanjang lorong - lorong yang gelap dan fasilitas-fasilitas publik dengan pencahayaan temaram, termasuk yang mereka pergoki di klub malam, kos-kosan atau di tempat tertutup macam di hotel dan penginapan.

Kaum Jomblo radikal dan militan ini adalah pendukung razia yang dilancarkan aparat kepolisian dan Satpol PP dalam menggaruk kaum D'Couple (kaum berpasang-pasangan) yang kepergok tengah berdua-duaan di kegelapan malam kota, di tempat-tempat klubing, termasuk yang di hotel. Konon para kaum Jomblo militan ini berkontribusi dalam memberikan informasi kepada pihak aparat soal titik-titik lokasi mana yang perlu dirazia termasuk yang di kos-kosan. Motif kaum Jomblo militan ini adalah iri dengki berbalut kebencian mendalam melihat kaum D'Couple berpasang-pasangan di sindi-sindipan. Apalagi yang mereka lihat itu adalah mantan kekasih pujaan hati yang baru saja memutuskan cinta. Mereka benar-benar merangsek dengan program-program kelompoknya untuk mempersempit (bahkan bila perlu menutup) ruang gerak kaum D'Couple, pecinta sepanjang lorong yang gelap.

Eksistensi Dewan Jomblo 

Konspirasi yang baik adalah konpirasi yang tidak dapat dibuktikan adanya konspirasi atau persekongkolan tersebut. Prinsip inilah yang dipegang teguh kaum Jomblo.

Dewan Jomblo atau dikenal pula dengan singkatan D'Jomblo adalah sebuah konsorsium organisasi bawah tanah yang beranggotakan kelompok atau komunitas-komunitas Jomblo yang tersebar di Bolaang Mongondow Raya (BMR) dan konon berpusat di Kota Kotamobagu (KK).

Ini merupakan perkumpulan atau konsorsium yang didirikan berdasarkan azas persaudaraan senasib-sepenanggungan kaum Jomblo yang asal-usul kebangkitannya diperkirakan mulai eksis di era tahun 2000-an dan konon semakin masif semenjak Mario Teguh hadir dengan Golden Way di Metro TV.

D'Jomblo juga eksis dalam beragam bentuk kamuflase organisasi dan komunitas-komunitas yang mulai tersebar di BMR dengan jumlah anggota yang diperkirakan mencapai ribuan.

Meski kuat dugan bahwa D'Jomblo terpusat di KK, namun setiap daerah di BMR mempunyai organisasi dan komunitasnya yang berdiri sendiri.

Konsorsium ini diatur menjadi komunitas-komunitas mikro maupun makro yang mandiri dan masing-masing memiliki aturan beserta programnya sendiri-sendiri dan memiliki konstituen yang jelas dan mengakar.

D'Jomblo sebenarnya merupakan organisasi tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Meski tidak berafiliasi dengan organisasi keagamaan dan tidak berdasarkan pada teologi apapun, mereka membangun persaudaraan atas nama senasib sepenanggungan untuk melindungi kaumnya dari (apa yang mereka sebut); sang penebar cinta - cinta tengik yang menyakitkan, dan kesenangan kaum D'Couple.

Terkadang kelompok ini bekerja secara diam-diam. Merayap dengan program senyap dan salah satu tujuan yang membuat mereka senang adalah amburadulnya janji kencan kaum D'Couple.

Dalam organisasi ini terdapat kader radikal dan militan. Biasanya mereka bermula dari anggota baru yang masih mengalami goncangan sehingga cenderung depresi, sensi, ofensif, dan posesif.

Namun demikian terdapat pula kader-kader moderat yang kini menjadi 'ancaman' keberadaan dan kelangsungan D'Jomblo. Kelompok Jomblo yang radikal dan militan biasanya sering menjaga jarak dengan kelompok Jomblo moderat meski tidak memusuhinya. Begitupun para tetua di D'Jomblo yang kesendirian mereka sudah pada taraf yang mengakar.

Keberadaan kelompok Jomblo moderat di konsorsium D'Jomblo biasanya hanya menjadi penyeimbang dan mereka kalah jumlah dibanding yang radikal. Pada intinya D'Jomblo eksis meski pembuktiannya masih jauh dari benar.

Cara kerja D'Jomblo bergerak di segala lini kehidupan. Namun bidang sosial politik memberi pengaruh signifikan atas berhasilnya program dan tujuan-tujuan mereka.

Oleh sebab itu mereka menyusupkan kader-kader terbaiknya di partai politik dan di birokrasi pemerintahan serta lembaga-lembaga pendukungnya. Tak hanya itu sebab mereka juga merekrut anggota baru yang berasal dari semua basis kehidupan, tak terkecuali pengangguran, politisi, dan para penegak hukum.

Konon D'Jomblo memberikan pengaruh yang amat signifikan dalam berkontribusi di setiap ajang Pilpres, Pemilukada maupun Pemilu Legislatif yang dilangsungkan.

Dengan ribuan keanggotaan yang tersebar di seluruh wilayah BMR, bukanlah hal sulit bagi mereka mengutus orang-orangnya ke kursi parlemen (DPRD) maupun top eksekutif (Bupati maupun Walikota).

Di Kotamobagu saja, untuk mengutus 1 orang Caleg dalam perebutan kursi di Daerah Pemilihan, D'Jomblo hanya menggerakkan komunitas terkecilnya (Jomblo tingkat RT-RW) atau tingkat kampung, yang eksis di Dapil tersebut. Meski kita memang tidak perlu langsung gegabah menuduh Fahrian Mokodompit dan Rendy Virgiawan Mangkat sebagai dua pemuda (konon masih Jomblo) yang mendapat dukungan penuh orang-orang (par pemilih) yang terafiliasi baik secara langsung maupun tak langsung dengan D'Jomblo.

Adanya kader titipan D'Jomblo di gedung parlemen (sebagaimana santer digosipkan) tentu tak membuat kita heran jika ada keputusan dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan di parlemen adalah kebijakan yang pro kaum Jomblo.

Mau bukti? Periksalah di media atau kais dimanapun itu, apakah ada anggota dewan yang memprotes razia hotel, kos-kos an, taman kota, atau lorong-lorong nan gelap oleh Satpol PP dan Polisi?? Atau adakah anggota dewan meradang tatkala aparat menggaruk dua pasang sejoli tengah bermesraan di ruang private yang tertutup sekalipun dan tak menganggu jalan nafas orang sekeliling? Tengoklah pasangan muda-mudi yang terjaring razia di bukit Ilongkow tatkala kepergok sedang memaduh kasih di atas motor matic? Apa ada anggota dewan yang meradang? jawabannya adalah TIDAK!

Konspirasi Balasan Kaum D'Couple

Konon ada pula teori konspirasi kontra kaum Jomblo yang dilakukan kaum D'Couple sebagai pukulan balik bagi kaum Jomblo yang bertujuan pula untuk mengidentifikasi, siapa sebenarnya aktor intelektual dibalik segala program dan razia pihak aparat yang tak hanya mencoreng martabat dan kemerdekaan kaum D'Couple, dan adakah kekuatan semacam organisasi bawah tanah yang mendesain semua keributan dan ketidak-enakan itu?

Teori konspirasi kontra kaum Jomblo inilah yang konon mengungkap bahwa benar adanya keberadaan D'Jomblo di KK. :p

Meski konspirasi kontra kaum Jomblo yang dilakukan tersebut tergolong 'ekstrim', dan berdampak masif bagi kemaslahtn umat, karena (konon) melibatkan oknum-oknum petugas di PLN (ini kata gosip), namun cukup berkontribusi memberikan informasi signifikan ketika akhirnya kelompok D'Couple ini berhasil menguak keberadaan D'Jomblo dan siapa-siapa saja mereka (tokoh-tokoh/aktor intelektual) yang meradang secara sistematis akibat dampak dari konspirasi pemadaman lampu (listrik,red). Bukankah mati lampu itu di satu sisi sangat mengasyikan bagi kaum D'Couple, dan di sisi lain amat merugikan secar psikologis bagi kaum D'Jomblo yang kian tersiksa? (Bayangkan, sudah gelap, tak ada pasangan pula).

Maka berhati-hatilah dengan kaum Jomblo (terutama) yang militan dan radikal ini. Jika dibiarkan terus, maka jangan heran jika suatu ketika kemerdekaan dan ruang gerak kaum berpasang-pasangan (D'Couple) benar-benar teramputasi.

Lantas Jomblo golongan manakah yang hendak kita bela? Kita akhirnya tahu bahwa kebijakan G 2M/ML adalah kebijakan kaum D'Jomblo, hasil persekongkolan. Kita lihat nanti siapa pemenang tender proyek
G 2M/40 ML Solar Shell. :p