Senin, 02 Februari 2015

'Spokenmen Feminia'


Setiap kekuasaan selalu punya cerita dan kisah sendiri-sendiri. Dalam mempertahankannya, ada - ada saja cerita datang yang tak hanya membuat kuping panas, singgasana bergoyang, susah BAB, atau malah ada kelompok yang girang karena sudah lupa pada wajah seorang rentenir.

Dalam pengejewantahan kekuasaan yang diberikan (baik secara cuma-cuma maupun yang dibayar) pasti tak sedikit orang nyinyir dan mencibir. Tak sedikit pula memuji, meludah, bahkan yang menjilat kembali ludahnya. Lain dari itu ada kelompok yang kegelian, ada yang main frontal, dan banyak yang mulai menghujamkan lidah-lidah beracun.

Tak selamanya kekuasaan dan hasrat untuk mempertahankannya lolos dari riuh cerita tentang orang-orang--dari yang biasa hingga luar biasa--yang punya selera humor tinggi serta memiliki kemampuan klas wahid dalam mengolok-olok apa saja yang layak untuk diolok-olok.

Tak sedikit juga diantara mereka yang telah terlatih pada moment Pilpres kemarin. Sehingga tak heranlah kita jika ada bibit-bibit Jonru baru yang bertebaran di muka bumi Mongondow, eksis dari Timur ke Utara, dari Barat ke Selatan.

Pendek kata, setiap kekuasaan tak bisa dijamin 100 persen bersih dari gosip. Bahkan bisa dikata kekuasaan (pemerintahan) selalu punya musuh utamanya tak terkecuali gosip.

Belumlah berlebihan jika saya berpendapat bahwa; kekuasaan dapat dijungkal tak hanya dengan pedang atau palu, melainkan dengan lidah. Tentu bukan lidah sembarang lidah, melainkan lidah yang dilumuri air liur beracun.

Tapi bukan soal itu sebenarnya yang hendak saya sampaikan pada kesempatan nan berbahagia ini, melainkan sebuah temuan secara tidak sengaja dalam sebuah 'penelitian' yang main-main.

Apa itu?

Rupanya soal apa yang kini akan saya sebut (secara sewenang-wenang dan semena-mena) sebagai; Laki-laki Kategori Feminia. Yang kemudian, secara semena-mena pula tentunya, saya istilahkan sebagai; Spokenmen feminia.

Perlu diingat bahwa penamaan ini tidak merujuk pada bahasa resmi manapun di dunia dan tidak berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah terkait pengistilahan dalam sebuah penelitian yang konvensional. Ini adalah pengistilahan yang dilakukan secara semena-mena belaka.

Baiklah, saya mulai cerita ini....

Beberapa hari lalu saya mondar-mandir di tiga daerah berbeda di Bolaang Mongondow Raya. Di setiap wilayah yang dituju, saya menginap beberapa hari.

Terkait urusan apa, tak perlu saya umbar disini sebab masing-masing orang punya kepentingan sendiri-sendiri yang tak harus dipublikasi, sekalipun urusan itu cuma soal memancing ikan Lele atau bertemu kawan lama dan menyemangatinya agar move on karena momen Pilpres sudah lama lewat dan Jokowi sudah jadi Presiden.

***

Berbaur dengan para pemuka gosip di daerah yang kita kunjungi memang tak hanya memberi asupan info lintas isu yang alangkah telanjangnya. Lebih dari itu, gosip seolah adalah wahana paling biadab dalam membuka aib dan bedebah seseorang. Apatah lebih yang digosipkan itu bukan tukang parkir depan Supermarket Abdi Karya yang jatahnya kini dilibas orang Dishub, melainkan gosip yang tertuju pada kelas pejabat publik nomor wahid.

Berlagak seperti (seolah-olah) saya adalah delegasi dari Indonesian Gossip Institute Foundation, atau kader parpol yang ditempatkan di Departemen Kajian Gosip Tingkat Daerah, saya menarik data dan menyimpan semua keterangan yang lalu lalang terkait gosip yang ditemui itu.

Selanjutnya saya mengolahnya ke dalam 'software khusus' sehingga pada akhirnya (setelah data itu diolah dengan pendekatan Kuntjorodiningratisasion), menghasilkan apa yang saya istilahkan tadi sebagai 'Spokenmen Feminia Category' (SFC) atau kita istilahkan saja secara sembarangan ke versi Indonesia sebagai; Laki-laki Feminia.

Data olahan tersebut akhirnya menghasilkan kesimpulan yang menyebutkan bahwa; terdapat kelompok laki-laki feminia yang saat ini sedang eksis di 3 wilayah kabupaten yang ada di Bolaang Mongondow Raya. Mereka ada secara massif dan terstruktur. Pola kerjanya khas dan memanfaatkan kemajuan teknologi informatika.

Berikut ini adalah ciri-ciri beserta cara kerja dan istilah terhadap kelompok laki-laki yang masuk kategori 'Spokenmen Feminia':

1. Home Gossip Home

Laki-laki femenia adalah tukang gosip yang memulai gosip dari dalam rumah. Biasanya dilakukan sepulang dari sawah, kantor (bagi yang bekerja kantoran) atau tempat kerja lainnya. Dari lingkungan terdekat ini, gosip dijalarkan ke birman lewat gunjing-gunjing kopi dan pisang goreng, lalu ke dusun, merambah ke tingkat kecamatan hingga tembus ke level kabupaten.

Disini Spokenmen feminia (sekali lagi ini istilah sewenang-wenang) menyebar gosip kepada kelompok perempuan. Ia tahu telinga dan hati perempuan itu sensitif dan mudah terpancing. Maka dari dalam rumah, ia sebarkan gosip kepada kakak atau adik perempuannya. Tantenya juga dibisiki. Begitupun pada adik atau kakak ipar. Ini sengaja karena ia tahu hal itu akan cepat menyebar di kantin-kantin dan ke telinga Ibu RT yang reaksioner sehingga cepat merebak kemana-mana termasuk ke telinga kubu yang digosipkan.

2. Tolerance

Laki-laki feminia yang gemar bergosip alias Spokenmen feminia, biasanya memiliki toleransi yang tinggi terutama kepada kelompok perempuan. Ia bahkan menjadikan sikap ini sebagai senjata paling favorite dalam menangkis agresivitas lawan. Ia mengembangkan sikap toleran karena dengan toleransi tinggi, konflik dapat dicegah karena ia mengerti sedang dalam misi tertentu. Teknik merangkul musuh pun erat kaitannya dengan sikap ini. Dalam kasus yang pernah ada, seorang Spokenmen feminia yang dikenal alim dan fanatik terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya, mendadak menjadi seorang sekuler dan liberal. Tapi biasanya ini hanya dilakukan kepada kelompok perempuan. Ia sebenarnya membenci Zumba yang kini digandrungi peluncur-peluncur gosipnya. Tapi membenci Zumba sama halnya dengan tindakan mematikan pamor sehingga mission menjadi failed.

Ia juga sebenarnya anti perempuan merokok apalagi minum minuman beralkohol, tetapi demi mendapatkan dukungan dari kaum ini, ia menjadi begitu toleran.

3. Line Gossip Focus La Femme

Mereka menaruh ketertarikan pada bahan gosip yang umumnya hanya digunjingkan kaum wanita, sebagaimana sejarah membuktikan.  Yakni gunjingan soal bagaimana orang berpakaian, terbuat dari bahan apa kemeja itu, berapa harganya, atau gosip-gosip domestik lainnya.

Tak sungkan pula para lelaki femenia ini memperhatikan jam tangan yang dipakai subjek gosip   lalu memperhatikan merek apa, berapa harganya, negara mana yang memproduksinya, bahkan cincin di jari tengah itu tak luput dari incaran.

Ini berbeda dengan gosip bernuansa maskulin dimana yang menjadi bahannya adalah soal six pack, otot lengan, soal ukuran alat vital, sepatu boots dan Moge. Laki-laki feminia justru menghindari itu dan lebih tertarik dengan gosip-gosip feminis dan domestik.

4. Cyberbondage

Ini sebenarnya paling brutal. Laki-laki feminia jenis ini adalah mereka yang memanfaatkan media sosial sebagai wahana paling kreatif, aman, murah, sekaligus biadab dalam penyebaran gosip.

Selain memiliki akun "resmi" dan permanen, biasanya mereka juga memiliki beberapa akun berbeda dan mengidentifikasikan diri berjenis kelamin perempuan. (padahal batang se-batang-batangnya).

Sangat mudah menemukan mereka di facebook terutama di group yang mereka susupi. Cukup lihat kapan akun dibuat dan tentu hanya punya sedikit foto. Biasanya yang dijadikan foto profil adalah gambar gedung terkenal, pemandangan alam, lukisan, perempuan cantik nan seksoi, atau hal-hal yang kadang 'tak masuk akal'). Temannya juga cuma bisa dihitung sebatas jari.

Di medsos mereka menyebarkan gosip dengan mengadopsi gaya Jonru, yang kadar kebenarannya jauh panggang dari betul. Diantara mereka malah ada yang lebih Jonru dari Jonru yang sebenarnya.

Di wahana ini, agar gosip yang disebar mendekati fakta (karena hanya dengan pendekatan ini gosip bisa memiliki roh), maka mereka memulainya dengan olahan data paling simpel. Misalnya, diketahui sebuah fakta bahwa; ketua DPRD  singgah beli rokok di salah satu warung. Maka akun palsu akan membuat postingan di group yang disusupinya dengan status macam begini : "Ketua dewan singgah beli rokok di warung. Semoga uang itu bukan hasil rampok APBD yang bocor kemarin sebagaimana yang disampaikan ehem...".

Postingan tersebut tentu menuai komentar, dan disitulah gosip kian frontal disebar melalui kolom per kolom komentar.

Contoh lain misalnya, ada pejabat publik terbang ke Jakarta atas undangan sebuah Kementerian, maka si Spokenmen feminia akan mengupdate statusnya begini : "Terbang trus, jang lupa terbang di Alexis, Marlboro, atau di Hayam Wuruk rupa kemarin dank hehehe.. semoga ndak dapa panyaki.."

5. Liberte oh Liberte

Dalam hubungan relasi sosial, laki-laki feminia mengumbar prinsip-prinsip kebebasan dan apa yang saya sebut kini sebagai kecibak-kecibak di dada.

Apa itu kecibak di dada, yakni sebuah kungkungan normatif dan kesesakan yang terpendam dalam dada orang yang kesulitan memerdekakannya karena sulutan iri dengki dan kesesatan pikir.

Perlu diketahui pula bahwa penyakit kecibak dada ini berbahaya dan cepat membuat suasana tak kondusif. Laki-laki feminia yang mengidap kecibak dada cenderung offensive, temperament, dan kesulitan dalam mengeja kata karena bibirnya mendadak parkinson. Dalam tahap ini ia merespon sesuatu yang positif menjadi sesuatu yang negatif.

Oleh karena itu mereka harus mewaspadai penyakit kecibak dada dan kudu membangun relasi pada setiap individu bersifat demokratis dan parsisipatif. Artinya, ia harus berusaha untuk berpartisipasi dalam setiap pikiran dan tindakan para peluncur gosipnya dalam melawan serangan kubu lawan yang merasa diperlakukan semena-mena.

Pilihan sikap yang membebaskan ini jelas akan memberi pengaruh positif pada individu masing-masing peluncurnya ntuk berkembang,dan bukan meninggalkan perasaan bersalah dan ketakutan.

6. Negative Dirty Language

Laki-laki feminia menggunakan kalimat atau bahasa yang mengandung kosa kata merendahkan. Ia menggunakan bahasa sebagai ajang komunikasi untuk saling melukai percakapan dan memancing untuk saling buka aib. Ia menggunakan bahasa yang difungsikan untuk mengatur strategi saling menjebak.

7. Antipoligami

Laki-laki feminia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Oleh sebab itu jangan pernah memuji Aa Gym dihadapan orang ini karena hanya akan membuatnya membenci topikmu. Bagi laki-laki feminia, poligami adalah penindasan secara terstruktur dan sistematis terhadap kaum perempuan. Kehormatan laki-laki feminia dipertanggungjawabkan dengan loyalitas dan hormat pada pasangannya. Jika laki-laki feminia jenis ini punya koleksi film porno maka jangan pernah menanyakan kalau ada yang bergenre hardcore, fetish, sadomasochist, threesome atau double penetration. Yang demikian itu hanya membuat ia merasa jijik dan kesulitan minum Jus.

8. Mr Unknown

Dia juga menjadi sosok yang tiba-tiba tak terduga sama sekali. Seperti sosok yang tak dikenali. Pagi tadi Anda boleh bercakap-cakap secara bebas lepas bersamanya di warung kopi. Tapi jangan heran ketika sore nanti Anda tak digubris sama sekali ketika berpapasan dengannya lalu memberi salam. Kalau sudah begitu, Anda harus tahu bahwa ada hal yang membuatnya demikian. Mungkin ia baru mengetahui bahwa Anda adalah orang yang terlibat komen-mengkomen di group jamaah fesbukiyah dan menentang pokok-pokok pikirannya.

Pembaca, demikianlah beberapa kesimpulan sementara saya jabarkan, setelah data-data yang masuk rampung diolah tadi malam sembari nonton Wayang di TVRI semalam suntuk.

Semoga 'penelitian-penelitian' lain terus berlanjut sekalipun mendadak dan hanya menghasilkan apa yang akan menambah tulisan-tulisan yang sudah ada disini.

Usai berkesempatan membaca ini, jangan lupa cek kembali pekerjaan Anda yang tertunda. Jika sedang menyetrika maka pastikan setrika Anda aman dari tindakan menggosongkan baju kesayangan.

Jangan lupa pula untuk mematikan gas di dapur usai memasak. Dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah ; Jangan lupa untuk selalu memakai akal sehat kita setiap hari sebagaimana kita senantiasa memakai celana dalam kita setiap hari, dan nanti akan ditanggalkan disaat kita hendak......

Hehehe, kalau itu bukan gosip lagi. :p


Powered by Telkomsel BlackBerry®