Rabu, 04 Februari 2015

Derita Para Bondagemelankolik yang Terumbar di BBM


Pada kesempatan kali ini mari kita iseng sejenak mencermati sebuah gejala psikologi sosial baru, yang sadar tak sadar sedang kita idap sebagai sebuah ‘penyakit’ psikologi sosial baru yang lahir dari pesatnya arus perkembangan jaman dan kecanggihan teknologi informatika.

Ini mungkin bukan penemuan baru di negeri kita. Tapi di Mongondow, gejala ini terungkap ketika saya mulai menaruh perhatian dalam menyimak Recent Update (RU) status para pengguna BlackBerry Messenger (BBM), atau yang saya sebut anggota Jamaah Bebekiyah.

Dalam menyimak inilah, tiba-tiba ada semacam kegelisahan yang muncul menjadi untaian pertanyaan seperti; entah bagaimana generasi jaman dulu (80 -90an) mencurahkan (atau melampiaskan) sakit hati, derita, kegalauan dan kepedihan, tatkala BBM, Facebook, Twitter, Friendster, Blogger, Tumblr, WordPress dan Myplace, masih berupa benih spermatozoa yang terkungkung di testis semesta. Suatu masa dimana semua media jejaring sosial (yang sekonyong-konyong telah kita jadikan agama ini), belum memiliki jamaahnya masing-masing, sebab masih bersemayam di (maaf) kantong peler bima sakti yang menggantung di angkasa raya setelah kelelahan bercinta dengan Black Hole-nya Steven Hawking.

Lalu entah dari mana datangnya wahyu atau siapa yang menurunkan ilham sehingga Facebook tercipta dari batok kepala si Yahudi, Mark Zuckerberg, dan muncul sebagai 'agama baru' yang dalam hitungan beberapa tahun saja, tak hanya mampu menyedot 1 Milyar pengikut, melainkan mampu membuat 'murtad' para jamaah Friendster pimpinan Jonathan Abrams.

Agar tidak terjebak membicarakan 'agama - agama' yang telah ditinggal murtad umatnya ke Facebook dan membentuk jaringan jamaah Fesbukiyah (sebutan bagi para pengguna Facebook versi Leput Institute), maka sebaiknya kita kembali ke pokok awal pembahasan.

Ini penting sebelum kita menyerempet dan konak membahas 'aliran kepercayaan' Blogger yang hingga kini masih lestari dibawah pimpinan 2 'nabinya'; Evan Williams dan Meg Hourihan. Sehingga akan memancing kita membahas 'anak kembarnya' Blogger bernama WordPress, juga 'sekte' Tumblr yang diperkenalkan David Karp. Alhasil kita pasti akan mudah 'terjerumus' membahas 'agama' imut dan cute dengan followernya yang wajib disuruh menghemat bacot dan gak neko-neko, yang pertama kali dikicaukan oleh sang nabi Twitter bernama Jack Dorsey.

Baik, kita kembali ke awal.

Jadi gejala psikologi sosial kekinian apa yang saat ini merambah para jamaah Bebekiyah di Mongondow atau bahkan di luar Mongondow?

Tentu saya tidak bermaksud menyeret ingatan kita menyusur ke zaman ditemukannya prasasti - prasasti kuno, tempat (mungkin) orang-orang galau jaman jadul mengais dan melampiaskan deritanya disitu. Tidak juga ke jaman Sahabat Pena ketika masih jaya-jayanya, termasuk kemunculan lagu Laura Dakozta di jaman ketika kita kanak dulu. Bukan pula Sahabat Aneka, HAI, GADIS, dan majalah-majalah seperjadulan kala itu.

Tetapi yang tiba-tiba terlintas dalam isi kepala saya yang mungkin sembarangan sekali—kalau tidak dibilang asbun—mengemukakan bahwa; ada gejala psikologi sosial baru dihadapan hidung kita. Symptom ini adalah apa yang saya sebut sebagai Bondagemelankolik-bebekiyah.

Seperti halnya Spokenmen Feminia yang telah saya angkat pada tulisan sebelumnya, istilah Bondagemelankoli-bebekiyah tidaklah saya petik secara sembarangan dari pohon sirsak di halaman rumah orang, melainkan bikinan sendiri versi Leput Institute yang alangkah sewenang-wenangnya memang. 

Para pembaca yang budiman dan budimin mungkin berpikir; saya adalah orang yang gemar membuat istilah?

Pah! Bukan cuma gemar. Di jaman kanak dulu, saya malah menciptakan kosa kata dan bahasa antah-berantah (semacam prokem) yang dipakai untuk kalangan terbatas saja. Biasanya kami gunakan untuk misi-misi imposiblle yang alangkah bandelnya kami gerombolan saudara sepupuan di jaman bocah. (Masih ada beberapa kosa kata yang hingga kini intens saya cakapkan dengan Sigidad, pemilik kerajaan Getah Semesta).

Kembali ke soal tadi bahwa, Bondagemelankoli-bebekiyah adalah sebuah gejala psikologi sosial baru yang merujuk pada para jamaah Bebekiyah (pengguna BlackBerry Messenger/BBM) di Bolaang Mongondow Raya. Para penderita ini adalah mereka yang ketika dalam keadaan galau dan menderita, mampu merasakan kesenangan atau kepuasaan tersendiri setiap kali mengupdate status di BBM berbentuk kepedihan, keputus-asaan, kegalauan, sakit hati nan penuh luka berdarah atas tragedi kehidupan (biasanya hubungan asmara dan pecintaan).

Saya memperhatikan, semua sensasi itu mereka reguk ketika dalam keadaan pedih dan tersakiti, sehingga melahirkan untaian derita yang mereka umbar dalam bentuk status. Namun mereka senang dan merdeka melakukan itu. Sepertinya terpuaskan, dan tekanan atas beban galau dan derita yang menumpuk di dada seolah sirna setiap kali status diumbar.

Lagu dangdut berjudul Pasrah yang dibawakan Muchsin Alatas yang liriknya mungkin tak asing lagi di telinga kita ; ("lebih baik kau bunuh...aku dengan pedangmu..asal jangan kau bunuh aku dengan cintamu"), adalah contoh lagu berkategori Brutalmelankolik bergenre Dangdut yang perfect kita gunakan sebagai pisau analis dalam membedah dan memahami apa yang saya maksud sebagai Bondagemelankoli-bebekiyah. 

Jelas lagu itu adalah lagu sakit hati berbalut brutality, sadistis, dan mengandung nilai-nilai bondage, yang dilantunkan dengan nada melankolik, menyayat hati, meski memiliki pernyataan tegas yang siap untuk menderita. (Semacam pasrah dibunuh dengan pedang asalkan jangan dengan cinta).

Sipenderita dalam lagu ini siap merasakan sakitnya dibantai dengan pedang (bila perlu dibunuh) dan merasa senang, puas, atau nikmat secara psikologis ketika yang memberi penderitaan terhadap dirinya adalah orang yang ia cintai. (Apa kita mungkin pernah berada dalam situasi Bondagemelankolik ini?). hahahaha prekkk.!!

Nah, sikap dan perasaan itulah yang saya sebut sebagai Bondagemelankolik-bebekiyah. Gejala ini  merujuk (identifikasi) pada para jamaah Bebekiyah (pengguna BBM) tertentu.

Mereka eksis di dunia Bebekiyah. Pola kerjanya jelas, tanpa mengenal waktu dan kesempatan. Asalkan layanan BIS (BlackBerry Internet Service) aktif, dan ada sakit hati yang bisa diolah, maka tengoklah di RU, mereka eksis secara masif.

Lalu siapa saja mereka (mungkin juga kita?) yang eksis sebagai suspect Bondagemelankolik-bebekiyah? Adalah mereka yang  mengumbar derita, kepedihan, sakit hati, keputus-asaan, dan luka-luka, yang dilampiaskan dalam bentuk status di Bebekiyah.

Sebagian dari mereka—baik laki-laki maupun perempuan dengan segala jenis usia—adalah ahli dalam membuat status-status pedih. Terkadang mereka bak seorang penyair yang cepat dituduh gagal move on. Sebagian lagi bersikap agak hiperbolis karena terbiasa membesar-besarkan penderitaan seolah-olah langit runtuh dari loteng kamar mandi dan dari atas toilet ruang karaoke tempat mereka Nyenyong (dengan lagu-lagu pedih pula).

Tak sekedar ahli membuat status berdarah-darah (diperlengkap dengan Display Picture mengiris nadi) dan untaian kata melankolik, para Bondagemelankolik-bebekiyah piawai dalam mendramatisir kegalauan yang dialami sehingga memancing reaksi para jamaah Bebekiyah yang terkonek sebagai daftar teman.

Siapa sih yang tidak tergerak hatinya ketika di RU kita menemu status teman begini:

“Biar jo kita ambe keputusan terbodok. For tamang-tamang qta minta maaf kalo selama ini so ada salah pa ngoni”.

Nah, apalagi status—bermakna pisah-sambut paling horror—itu didramatisir dengan membuat Display Picture beraneka-ragam benda maut dan bercak darah yang meluber dari ember aluminium atau goresan silet di urat arteri.

Tentu akan ada serentetan chating dan bunyi PING!!! masuk ke kolom chat-nya. Tapi coba tebak? Si penderita Bondagemelankolik-bebekiyah ini tidak akan segera merespon chat tersebut. Itu seolah-olah menandakan bahwa yang bersangkutan memang sedang dalam perjalanan menuju ke hadirat Ilahi. Ia seolah-olah—dalam keadaan yang sedang menderita oleh terjangan-terjangan asmara yang galau dan membentur dinding—sedang menikmati perasaan senang dan terpuaskan secara psikologis ketika segala kepanikan beruntai-untai dialamatkan kepadanya. (terkadang mereka memang lebay).

Tapi mereka tidak akan berhenti disitu. Untaian tanya penuh kecemasan yang Anda lontarkan melalui chating itu—jika di Read—maka biasanya akan dibalas dengan kalimat : “Biar jo, ndak apa-apa kwa qta ini” lalu diberi emoticon Smiley yang seolah-olah mengisyaratkan bahwa dia memang sudah ikhlas untuk melepas hidup. Ekhuhu..!!

Diantara kita mungkin ada juga yang pernah menemukan begini : “Biar jo ngana bunung pa qta, asal jangan lupa polo deng ciong ne sayang..”

(Bayangkan, bunung Men.... Bununnnngg....!!)

Tak jarang mereka juga nekat menarik-narik nama Tuhan kedalam persoalan yang mereka alami, seperti dalam status : "Please....Ambe jo pa qt Tuhan, Qt ikhlas, qt so lalah"

Mereka memang tidak pernah kehabisan akal dan begitu megalomaniak dalam memainkan peran. Dalam kasus lain, diantara mereka memang ada pula yang tidak selebay alay. Tapi soal urusan teknik, mereka tergolong unik dengan tingkat kebrutalan yang ditumpangi kelicikan. Apa itu? Tengoklah contoh status berikut ini :

“Doi stor dapa pake, ujian so besok, SPP blum bayar, mungkin cuma jurang yang mangarti pa qta. Bye….”

Penderitaan yang diumbar lewat status tersebut, tanpa diberi embel-embel DP berupa benda-benda tajam tanpa bercak darah dan hal-hal yang membunuh. Cukup dengan kemelankolikan gambar untaian air mata darah dengan kata-kata menyayat hati.

Pembaca, sepertinya kita sedang berada bahkan mengalami kondisi dan gejala sosial kekinian ini secara akut. Menjamurnya gadget, tak hanya melahirkan gejala-gejala sosial baru dan segala kekiniannya, melainkan dehumanisasi dan keterasingan sosial yang terjadi diantara kita.

Kita seolah tega mempermainkan kepekaan yang tumbuh murni dari dalam hati. Menyepelekan hubungan interaksi sosial karena telah mendapatkan substitusi dari gadget yang kita miliki. Lama-lama budaya curhat secara langsung sebagai bentuk relasi sosial diantara manusia bakalan punah, tersubstitusi melalui perangkat gadget.  Akibatnya juga pola interaksi sosial kita menjadi berubah sehingga terjadi penurunan nilai  sebab berinteraksi via gadget tak terlalu membutuhkan emosi dan nilai sebagaimana yang kita alami saat berinterkasi secara langsung. Semua sudah tergantikan emoticon-emoticon di gadget.

Tapi apa yang secara iseng dapat kita ambil sebagai 'keuntungan' yang dikontribusikan para Bondagemelankolik-bebekiyah?

Ah, Bro and Sistah. Aktifkan saja BIS dan girangkan diri dengan cara menyimak status-status terupdate dari para Bondagemelankolik-bebekiyah. Terkadang derita-derita yang diumbar secara amat dengan sengaja dan lebay khas Bondagemelankolik, bisa menjadi alternatif hiburan bagi kita yang suntuk.