Senin, 09 Maret 2015

Wakil Rakyat, Netizen, dan Teori Konspirasi Dibalik Kedahsyatan Akto


Ardiansyah Imban, wakil rakyat asal Bolaang Mongondow Raya yang berhasil memperoleh kursi di DPRD Sulut karena banyaknya dukungan rakyat (sebagian mungkin dari keluarga Akper), urung menjaga mulutnya hingga tanpa malu mencaci-maki anak-anak Akper Totabuan (Akto) di akun fesbuk miliknya, dengan umpatan; menjijikan!!

Para aktivis dunia maya (netizen), baik yang moderat hingga yang radikal, boleh ikut memperkeruh suasana meski hanya bersandar pada miskinnya data. Begitupun para jamaah bebekiyah (pengguna BlackBerry Messenger/BBM), boleh bebas bikin Display Picture dari meme-meme sarkastik dan diparipurnakan dengan status-status pedas yang silih berganti di recent update.

Dan kita para penikmat segala keributan yang mulai mereda seiring dekatnya pelaksanaan eksekusi mati kelompok Bali Nine, sadarkah bahwa ada semacam teori konspirasi yang sebenarnya bermain dibalik semua itu?

Maka simaklah duga-duga yang betapa bebas dan merdeka dianggap sebagai kinta illumoai kon kanalpot gilingan payoi.

Sebelum lanjut membaca, sekedar saran, setel lebih dahulu tembang berjudul Kesepian Kita yang dibawakan Tere feat PAS BAND.

Baik, kita mulai lagi dari Ardiansyah Imban.

Kenapa harus Anggota DPR? Kita tahu bersama bahwa umumnya Anggota DPR sedapat mungkin menghindari konfrontasi tunggi personal versus tunggi publik. Apalagi bentuknya adalah memaki rakyat pemilihnya sendiri dalam konteks perkara yang belum jelas. (Tunggi = bibir. bhs.Mongondow).

Sungguh TERLALU ketika yang dicaci-maki adalah konstituen di daerah pemilihan tempat Imban meraup suara signifikan hingga bisa memperoleh kursi di DPRD Sulut dan menjadikannya sebagai Wakil Rakyat.

Mencaci-maki konstituen, adalah tindakan blunder—kalau tidak disebut bunuh diri politik. Inilah yang dilakukan Imban, hingga menimbulkan teori konspirasi; mengapa ia nekat—kalau tidak dikata tolol—melakukan bunuh diri politik? Apakah karena pemilu masih lama? Atau karena ia sekedar cari sensasi karena sudah kehilangan pamor? Atau dari ke 40 rombongan anak Akto yang nonton Dahsyat, salah seorang diantara mereka baru saja memutuskan cinta sang anggota dewan. Atau motif yang melatar-belakangi muncratnya makian itu karena; cinta ditolak, akun fesbuk bertindak. Sehingga hasilnya adalah kekerasan verbal dalam bentuk umpatan; menjijikan! sebagaimana yang ia tulis di akun fesbuk miliknya untuk anak-anak Akto. Lalu siapa juga mengira, Imban kalah bersaing dengan cowok-cowok andalan kampus Akto, sehingga tak heran terjadi generalisir masalah, dan mengumpat anak-anak Akto di fesbuk adalah tindakan yang dianggap wajar. Terlebih itu menyangkut harga diri Mongondow. (helloooooo…???).

Selanjutnya, apa hubungan Ardiansyah Imban dengan Akto dalam sudut kepemilikan lembaga? Sebab kita tahu bersama bahwa, konon pemilik Akto adalah orang yang satu partai dengan Imban? Maka, adakah permusuhan diantara keduanya? Eitss… tak perlu suudzon. Kita hanya bisa menduga-duga saja. Namun pertanyaan-pertanyaan itulah yang sepertinya melahirkan teori konspirasi terkait pembully-an terhadap anak-anak Akto.

Netizen

Kalangan netizen di sini dapat kita bagi dalam beberapa kelompok kategori diantaranya adalah; Pertama, kategori mamak-mamak megapiksel (istilah buatan remaja di Mongondow yang merujuk pada ibu-ibu berisik dan tukang gosip tak hanya di lingkungan tetangga melainkan di fesbuk).

Bagi yang jam terbang pergaulannya menyentuh hingga ke kisi-kisi paling karlota (tukang gosip,red) di lingkungan dedew-dedew (istilah di Mongondow yang merujuk pada remaja putri) dan mamak-mamak megapiksel, maka tak jarang kita menemukan pertengkaran—kadang berbuntut perkelahian—antara mamak-mamak megapiksel dan dedew-dedew gaul. Semua bermula dari (sebagaimana) kata pepatah; ‘mulutmu harimaumu’ hingga berujung pada baku cigi rambu (saling jambak) dan tak sedikit bermuara di meja hijau.

Maka tahulah kita, antara mamak-mamak megapiksel dan dedew-dedew gaul ini sudah tertanam dendam purba sehingga adalah keniscayaan ketika mamak-mamak megapiksel ini betapa berisiknya membully dedew-dedew Akto. Tentu tanpa perlu melihat pokok persoalan sebenarnya. Pendek kata, terbuka sedikit celah, maka hajar, bully!

Selanjutnya yang Kedua,adalah pemuda-pemuda jomblo. Kategori ini akan dengan sangat mudah—dan tentunya akan sangat jahat—membully dedew-dedew di Akto, karena ada sejarah pahit berupa cinta yang tertolak. (Ekhuhu..)

Maka jangan harap mereka akan bersikap netral sekalipun dedew-dedew di Akto tak bersalah ketika tampil dalam acara Dahsyat di RCTI. Sekedar mendapat info burung saja kalau dedew-dedew di Akto tengah mengalami persoalan pelik, para pemuda jomblo yang cintanya ditolak ini tentu akan dengan mudah mendesahkan kalimat; syukurlah kalau begitu. Atau dengan pilihan yang brutal ; Mati jo!

Maka, tak usah kaget ketika kelompok kategori ini akan sangat gesit dan sengit membully dedew-dedew di Akto yang pernah menolak–apalagi mentah-mentah—cinta mereka.

Jadi, beruntai hujatan di akun fesbuk, tak usah ditaruh heran jika memberondong seperti peluru yang keluar dari moncong Kalasnikov dari tangan para pejuang ISIS. Tak usah juga merugi waktu dan membuang-buang umur dengan memberi pencerahan pada mereka soal duduk perkara yang sebenarnya, sebab sama seperti mamak-mamak megapiksel, terbuka sedikit celah, pemuda-pemuda jomblo radikal yang menjadikan akun fesbuk sebagai Kalasnikov, tanpa tedeng aling-aling memberondongkan semua itu ke dedew-dedew di Akto, dengan cara memposting status-status kejam yang mengesampingkan perasaan iba.

Ketiga, adalah Mantan Pacar. Konsep jadul CBSA (Cinta Lama Bersemi Kembali) yang tertolak, membuat para mantan pacar yang mencoba balikkan—namun gagal—menjadikan kelompok kategori ini hampir sama brutal dengan kategori pemuda jomblo. Kelakuan mereka hanya beda-beda tipis; dapat celah, sikat! Mereka yang darah tinggi juga tak peduli pokok persoalannya seperti apa, sebab yang utama adalah rasa sakit hati terbalaskan dengan cara memaki para dedew-dedew Akto di fesbuk karena sadar betul para dedew ini kemungkinan besar telah mengunci pintu hati rapat-rapat untuk mereka yang melancarkan modus CBSA. Maka tak heran jika motto para mantan pacar ini adalah; fesbukku senjataku!

Yang keempat adalah Hiding Marketing. Nah, ini yang paling mutakhir dan sarat kepentingan bisnis. Siapa mengira, keberangkatan mahasiswa Akto di Jakarta—bahkan sempat-sempatnya tampil di acara tak bermutu macam Dahsyat—, merupakan grand design kelompok hiding marketing (pemasaran terselubung) yang tujuannya adalah, melambungkan nama Akademi Keperawatan Totabuan kepada khalayak ramai khususnya di Mongondow. Sekalipun itu dilakukan dengan cara tak lazim dan teknik-teknik marketing terselubung lainnya.

Jadi jangan pikir bahwa keberangkatan ke Jakarta itu hanya ajang jalan-jalan tak bermutu, sebab dibalik urusan itu tersimpan tujuan besar. Hal ini pulalah yang melahirkan teori konspirasi bahwa, hiding marketing berada dibalik keributan yang dimulai dalam tayangan Dahsyat.

Nah,apakah kita inilah kakap yang termakan umpan hiding marketing di belakang Akto?

Sebelum dan sesudahnya, mari kita sudahi segala omong-kosong tentang Akto ini, dan hiburlah diri dengan menyimak keributan antara Ahok dan Haji Lulung. Siapa tahu ini lebih bermutu. *roftl*

Tulisan sebelumnya :

1.  Dahsyatnya Nova Soputan: Dihujat Gara-Gara Hanya Menyebut dari Akper Totabuan (Tanpa Mongondow)

2. Sekali Lagi, Soal Nova Soputan dan Netizen Reaksioner Berisik

3. Sesat Pikir Netizen Reaksioner Berisik di Mongondow